Selasa, 23 Desember 2008

Don't Judge a Book from The Cover

Kata itu sering kali di dengar...sering kali diperdengarkan...atau bahkan kita sendiri mengucapkannya untuk menularkan kata itu pada seorang teman atau lebih. Tapi implementasinya...???

Hingga suatu hari seorang teman lama datang ke rumah. Sebut saja M. Seorang karyawan pabrik, yang sebelumnya dia adalah office boy dan sekarang ia menjadi seorang operator produksi. It is a good news.

Berhadapan dengan orang lapangan bukanlah hal baru bagi M. Meski seorang Office Boy, dia mengenal satu per satu nama operator produksi tanpa lawan bicaranya tahu siapa dia.

Dia datang ke rumah saya hanya ingin menyampaikan 1 hal. Bahwa ia dituduh atau diolok-olok oleh teman-temannya bahwa ia adalah seorang gay lantaran dekat dengan seseorang.

Dia sedih... (Si M, memang seorang lelaki feminim)
Padahal dia sudah membuktikan bahwa dia seorang lelaki normal, seperti orang-orang yang mengoloknya. 2 anak yang telah diberikan Alloh padanya dari pernikahannya dengan seorang wanita asal Jakarta.

Dan yang paling membuatku sedih adalah...
Orang yang mengolok dia adalah teman dekat saya yang juga teman dekat M.
Teman itu adalah A.

Yang membuatku miris adalah...
Bila A mengalami kesulitan ekonomi alias nggak punya duit, A pinjem duit sama M.

M memang pendiam. Nggak banyak yang tahu apa yang telah dia lakukan untuk kehidupan.

Bila teman-teman yang lain hanya bisa makan dari keringatnya sendiri, M sudah bisa memberi makan kedua orang tuanya. M telah menyekolahkan adik-adiknya meski dia sendiri hanya lulu SD.

Ambil saja contoh...

A bekerja siang hingga malam sebagai Manager Operational, hanya mampu memberi makan dirinya sendiri, istri dan 2 anaknya. Orang tuanya nggak pernah merasakan pahit atau manisnya uang hasil kerja A.

Belum lagi A memprofokasi teman-teman yang lain untuk meletakkan M di sudut.


***

Hal ini bukan soal menghakimi...
Hal ini hanya sekedar cermin yang usang

***

Hari ini saya belajar dari seorang banci, yang menghargai kehidupan tanpa mengolok-olok. Bahwa hidup seharusnya bermanfaat, bukan hanya sekedar menghabiskan waktu dengan jabatan, ketenaran tanpa ingin dan atau bisa berbuat bagi orang lain...

Bersyukur Dengan Adanya Dirimu Saat Ini

Tanpa disadari obsesi kita sangat tinggi. Mari kita melihat dalam diri kita.


Bila saya adalah dia...






















Bila saya adalah...

















Atau kalau saja saya adalah bagian dari...









Kalau saja saya sebagai...















Atau sebagai...






















Atau saya adalah bagian dari...

















Dan sehari-hari saya sebagai...




















Tanpa hendak memandang remeh para Pahlawan keluarga itu, Alhamdulillah...bersyukur itu lebih indah daripada terus berobsesi tanpa batas...

Doa bagi mereka yang selalu berjuang...dan terus berjuang, jangan pernah berhenti untuk berjuang.

Puji syukur atas segala limpahan rizki dari-Mu ya Alloh... Apa yang hamba dapatkan saat ini adalah hal terbaik dari-Mu, untuk terus menerus belajar, melihat, mendengar dan membaca. Mohon ampun pada-Mu bila dalam perjalanan ini, banyak sekali keluhan yang terpanjat dari mulut hamba, yang selalu hamba sampaikan pada-Mu, dalam gelap, sunyi dan sendiri.

Kamis, 18 Desember 2008

5 Pelajaran

Ini lima buah Pelajaran Berharga, yang sangat bagus untuk kita, marikita renungkan bersama



1. Pelajaran Penting ke-1
Quiz


Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz mendadak pada kami.

Karena kebetulan cukup menyimak semua kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai pada soal yang terakhir.
Isi Soal terakhir ini adalah :
Siapa nama depan wanita yang menjadi petugas pembersih sekolah ?.

Saya yakin soal ini cuma "bercanda".

Saya sering melihat perempuan ini.
Tinggi, berambut gelap dan berusia sekitar 50-an, tapi bagaimana saya tahu nama depannya..?
Saya kumpulkan saja kertas ujian saya, tentu saja dengan jawaban soal terakhir kosong.

Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai soal terakhir akan "dihitung" atau tidak.
"Tentu Saja Dihitung !!" kata si Profesor.

"Pada perjalanan karirmu, kamu akan ketemu banyak orang. Semuanya penting!

Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan sepotong senyuman, atau sekilas "hallo"!

Saya selalu ingat pelajaran itu. Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah "Dorothy".



2. Pelajaran Penting ke-2
Penumpang yang Kehujanan

Malam itu , pukul setengah dua belas malam.
Seorang wanita negro rapi yang sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak mencoba bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai. Mobilnya kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin menumpang mobil.

Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang lewat. Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk menolong ibu ini.
Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis tahun 1960-an, yaitu pada saat itu.

Pemuda ini akhirnya membawa si ibu negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu tadi bertanya tentang alamat si pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda.

7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk seseorang.

Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah televisi set besar berwarna (1960-an !) khusus dikirim kerumahnya.

Terselip surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah :
"Terima kasih nak, karena membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku. Untung saja anda datang dan menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir disisi suamiku yang sedang sekarat...hingga wafatnya. Tuhan memberkati anda, karena membantu saya dan tidak mementingkan dirimu pada saat itu"
Tertanda Ny. Nat King Cole.

Catatan : Nat King Cole, adalah penyanyi negro tenar thn. 60-an di USA



3. Pelajaran penting ke-3
Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani.

Di zaman eskrim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur 10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja.

Seorang pelayan wanita menghampiri, dan memberikan air putih dihadapannya.

Anak ini kemudian bertanya: "Berapa ya,... harga satu ice cream sundae?"

"50 sen..." balas si pelayan.

Si anak kemudian mengeluarkan isi sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya.. ..

"Wah... Kalau ice cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi.

Tetapi kali ini orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak... dan pelayan ini mulai tidak sabar.

"35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan.

Anak ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi dikantongnya.

"Bu... saya pesen yang ice cream biasa saja ya..." ujarnya.

Sang pelayan kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan.

Si anak ini kemudian makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi.

Ketika si Pelayan wanita ini kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai menangis terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen.

Anda bisa lihat... anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae, karena tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak"..... .



4. Pelajaran penting ke-4
Penghalang di Jalan Kita


Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu besar di tengah-tengah jalan.

Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan.

Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba di tempat, untuk berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari rintangan.

Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan menyingkirkan batu itu.

Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu bebannya, dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan.

Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan batu besar itu.

Ketika si petani ingin mengangkat kembali sayurnya, ternyata di tempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat Raja.

Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau menyingkirkan batu tersebut dari jalan. Petani ini kemudian belajar, satu pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti.

Bahwa pada dalam setiap rintangan, tersembunyi kesempatan yang bisa dipakai untuk memperbaiki hidup kita.



5. Pelajaran penting ke-5
Memberi, ketika dibutuhkan.


Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarel awan yang bekerja di sebuah rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang.

Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur 5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama.

Anak ini memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu. Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada kakak perempuannya.

Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum mengambil nafas panjang dan berkata: "Baiklah... Saya akan melakukan hal tersebut.... asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku".

Mengikuti proses tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur, di samping kakaknya. Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai pucat dan senyumnya menghilang.

Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam suara yang bergetar...katanya: "Apakah saya
akan langsung mati dokter... ?"

Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa kakaknya.

Lihatlah...bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya... .



* Bekerjalah seolah anda tidak memerlukan uang,
* Mencintailah seolah anda tidak pernah dikecewakan,
* Menarilah & bernyanyilah seolah tidak ada yang nonton. ...

DALAM GELAPNYA MALAM, K ITA JUSTRU DAPAT MELIHAT INDAHNYA BINTANG...

Sebuah forward mail dari seorang teman

Jumat, 12 Desember 2008

Iya Kah...???

APAKAH SESUATU YANG IRASIONAL SAAT INI, AKAN DAPAT DITERIMA SEBAGAI SESUATU YANG NORMAL SUATU SAAT NANTI....???

Kamis, 04 Desember 2008

Bahagia Itu Sederhana

X : Kenapa aku merasa dia sangat membenciku?
Y : Kok sampeyan nyimpulin gitu?
X : Ya, setiap kali aku ketemu dia, nggak ada lagi yang dilakukan kecuali marah, kalau gak marah dia ndiemin aku, sampek-sampek aku ngerasa serba salah. Dia begitu keras sama aku.
Y : Itu cuman sebagian kecil aja yang Alloh berikan sama sampeyan.
X : Maksudnya...???
Y : Ya...itu hanya sebagian kecil aja dari rejeki yang Alloh berikan sama sampeyan.
X : Kok rejeki, orang dimarahin terus kok rejeki...
Y : Ya itu artinya sampeyan dikasih Alloh kesempatan buat banyak belajar. Coba kalo nggak dimarahin, kan sampeyan nggak belajar...
X : Iya sih...tapi emangnya nggak ada cara laen apa, yang nggak nyakitin gitu...?
Y : Ndri...kadang hal yang nggak kita senengin itu malah jadi hal yang akan membuat kita lebih___ dari sebelumnya. Alloh sudah ngirim orang buat sampeyan...ngasih pelajaran, ya logikanya kan mesti disyukurin, bukan malah maki-maki gitu...
X : Tapi caranya itu lo wong...nyakitiiiiinnnn banget....
Y : Ya...itu kan prasaan sampeyan aja. Coba lihat sisi baiknya aja. Coba kalo nggak ada dia...pelajaran apa yang bisa sampeyan ambil...??? Nggak ada kan...!!! Coba kalo dia nggak cerewet...nggak ada perbaikan yang bisa sampeyan lakukan kan...
X : (nggondok)
Y : Berbahagialah sampeyan dikasih beban berat karena beban berat itu nggak akan dikasihkan sama orang sembarangan. Artinya sampeyan bisa maju satu step lagi. Alloh aja memuliakan sampeyan dengan beban berat, sampeyan kesannya kok nggak ngregani rejeki sampeyan sendiri.
X : Tapi aku nggak seneng dengan perlakuan yang kayak gitu...!!!
Y : Seneng itu sederhana aja kok Ndri...kalo sampeyan ambil keputusan untuk selalu seneng...dalam keadaan tertekan, target nggak tercapai, diomeli boss, Insya Alloh sampeyan bakalan tetep seneng meski sedang kepepet. Jangan lupa selalu syukur atas apapun yang datang. Lega dan sempit itu cuman kondisi. Kondisi itu nggak dibawa sampek mati kok...tenang aja, hidup manusia itu sudah dijamin sama yang mbaureksani urip.
X : Tapi marahnya itu lo yang nggak nguwati...
Y : Ya itu cara dia menyayangi sampeyan. Ingetin aja, satu saat nanti...kecerewetannya, kekerasannya sama sampeyan akan sampeyan rasakan manfaatnya.

Sabtu, 29 November 2008

Melihat Lirik Sindentosca

Dulu kita sahabat
Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari
Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Kini kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karena ku sayang

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Na na na na na na

Semua yg berlalu biarkanlah berlalu
Seperti hangatnya mentari
Siang berganti malam sembunyikan sinarnya
Hingga dia bersinar lagi

===

Lirik di atas beberapa hari yang lalu kudengar dari radio. Awalnya nggak terlalu memperhatikan, tapi lama-lama kok liriknya cukup menyenangkan dan menyadarkan.

Mengenang kembali para sahabat yang entah bagaimana keadaan mereka saat ini.

Memang bukan hal mudah untuk mempertahankan sebuah persahabatan, dari seekor ulat (yang bukan apa-apa), berubah menjadi sebuah kepompong (karena proses) hingga menjadi kupu-kupu yang indah.

Sahabat,
Maafkan aku bila kalian menyangka aku mempunyai tuntutan yang sangat tinggi
Aku tidak punya sedikitpun tuntutan pada kalian seperti yang kalian katakan pada teman-teman kita

===

Thank you Sindentosca
Lirik Kepompong kalian membawa aku kembali di 2002

Rabu, 26 November 2008

4 Hal

Di ruang tunggu sebuah Bandara, seorang ibu muda terllihat tengah menunggu pesawat yang akan menerbangkan dirinya.
Karena harus menunggu cukup lama, ia memutuskan untuk membeli buku untuk dibaca.

Ia juga membeli sebungkus biskuit, sekadar untuk camilan dirinya disaat menunggu pesawat.

Ia kemudian duduk di salah satu kursi di ruang tunggu VIP. Sambil bersandar, ia mulai membuka dan membaca buku yang dipegangnya.
Di kursi sebelah, yang hanya dipisahkan oleh meja kecil yang di atasnya tersaji sebungkus biskuit, duduklah seorang pria. Pria tersebut mulai membaca majalah.
Ketika ibu muda itu mengambil sepotong biskuit dari bungkusan yang terletak di atas meja, pria tersebut mengambil sepotong juga. Si ibu muda merasa terganggu dengan perbuatan pria tersebut, namun ia diam saja. Ia hanya berguman: "Huh...menyebalkan...!!! Ingin rasanya kutampar mukanya..!!"




Setiap ibu muda tersebut mengambil sepotong biskuit, pria tersebut juga melakukan hal yang sama, sambil tersenyum manis kepada si ibu muda.

Perbuatan pria tersebut benar-benar mengundang geram si ibu muda...!!!

Namun si ibu muda tidak bereaksi apa-apa, ia hanya menyimpan kedongkolan di dalam dada.

Ketika biskuit tersisa satu potong lagi, si ibu muda bergumam: "Coba saya ingin lihat apa yang akan dilakukannya...!!!"

Kemudian si pria itu membelah biskuit tersebut, ia mengambil separuh dan mempersilakan si ibu muda untuk menikmati yang separuhnya lagi...

Benar-benar keterlaluan...!!!

Kini, kekesalan si ibu muda benar-benar memuncak!

Ia segera mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan tempat duduk yang menyebalkan tersebut, pindah ke ruang keberangkatan (Boarding Room).

Ketika ibu muda duduk dalam pesawat, ia membuka tas jinjingnya untuk mengambil kacamata.

Betapa terkejutnya dia...ternyata bungkusan biskuit miliknya ada di dalam tas jinjing, masih utuh...!!

Ia kini menyesal.

Dan benar-benar merasa malu...!!

Ia merasa bersalah.

ia mengira bahwa biskuit yang dimakan tadi adalah miliknya...ternyata bukan..!

Pria tadi membagi biskuit antara dirinya dan si ibu muda tanpa merasa marah, terganggu ataupun merasa rugi...

...sementara si ibu muda merasakan sebaliknya.

Ia merasa bahwa biskuit tersebut bahwa biskuit itu miliknya yang telah diserobot oleh pria tersebut, dan menyangka betapa si pria itu telah berbuat kurang ajar kepada dirinya.




KAWAN,
Ada 4 hal yang tidak dapat diraih kembali ...
1. Batu...setelah dilempar !!!
2. Kata-kata...setelah diucapkan !!!
3. Kesempatan...setelah berlalu !!!
4. Waktu...setelah beranjak pergi !!!


Terima kasih Mas Robby yang sudah kirim mail ini kepada saya.

Thank you very much

Kamis, 20 November 2008

Ancol - Monas - Sabang

Hari Minggu, 16 Nov 2008 kemarin, saya bersama teman-teman Alpha jalan-jalan ke Ancol. Awalnya mau ke Dufan, tapi berhubung nggak punya uang, jadinya ke Pantai Festival Ancol aja. Tapi ya...lumayan, sedikit menghilangkan stres yang telah ditabung seminggu sebelumnya.

Kami berangkat dengan 2 mobil. Kijang Silver B 8820 YN & Inova Hitam B 882 TO. Peserta 15 orang sudah termasuk para istri & suami. Anak-anak tidak terhitung, tapi 3 anak dari 3 keluarga meramaikan suasana liburan kali ini.

Berangkat yang sedianya jam 07.00 mundur menjadi 08.00 karena kami menunggu 1 keluarga yang pada akhirnya mereka cancel registrasi.

Di Pantai Festival itu kami sempat melihat monster laut di Ancol yang sempat masuk berita di semua stasiun TV yang sempat membuat kami ciut. Tapi ternyata...e...Cuma hewan kayak kecoak.

Selain ke Pantai Festival, kami juga naik Gondola dengan harga tiket 35rb Rupiah. Keliling Ancol dengan Gondola mekan waktu kurang lebih 30menit saja.

Keluar Ancol kami menuju Monas. Di sana kami tidak lama. Rencana yang dibuat naik hingga Top Level Monumen, tapi antrinya Masya Alloh....puanjaaaaang banget, jadinya foto-foto aja di pelataran di bawah cawan Monas dan Museum Monas.

Keluar area Monas, kami menuju jalan Sabang. Makan Mie Ayam Roxi, wenake mak nyus pol, tapi agak sedikit keasinan. But at least enak lah...murah lagi. Semangkok Mie ayam atay Bihun ayam ditambah semangkok Bakso hanya 11rb Rupiah saja.

Nggak ngomong banyak lah, lirik aja foto-foto di sebelah kanan, kayaknya lebih bisa dirasakan...

Selasa, 18 November 2008

Mari Mulai Membaca Al-Qur'an





Ass wr wb ~


Why do we read Quraan, even if we can't understand a single Arabic word ?

Mengapa kita membaca AlQuran meskipun kita tidak mengerti satupun artinya ?

This is a beautiful story :

Ini suatu cerita yang indah :

An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa wakeup early sitting at the kitchen table reading his Quran.

Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya.


His grandson wanted to be just like him and tried to imitate him in every way he could. One day the grandson asked, "Grandpa! I try to read the Qur'an just like you but I don't understand it, and what I do understand I forget as soon as I close the book. What good does reading the Qur'an do?"

Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucu nya bertanya, "Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur'An seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur'An?”


The Grandfather quietly turned from putting coal in the stove and replied, "Take this coal basket down to the river and bring me back a basket of water."

Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di tungku pemanas sambil berkata , "Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air."


The boy did as he was told, but all the water leaked out before he got back to the house.

Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.


The grandfather laughed and said, "You'll have to move a little faster next time," and sent him back to the river with the basket to try again. This time the boy ran faster, but again the basket was empty before he returned home.

Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.


Out of breath, he told his grandfather that it was impossible to carry water in a basket, and he went to get a bucket instead. The old man said, "I don't want a bucket of water; I want a basket of water.”

Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakek nya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong , maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau satu ember air ; aku hanya mau satu keranjang air.”


"You're just not trying hard enough," and he went out the door to watch the boy try again.. At this point, the boy knew it was impossible, but he wanted to show his grandfather that even if he ran as fast as he could, the water would Leak out before he got back to the house.

"Ayolah, usaha kamu kurang cukup," maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucu nya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.


The boy again dipped the basket into river and ran hard, but when he reached his grandfather the basket was again empty. Out of breathe, he said, "See Grandpa, it's useless!"

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, " Lihat Kek, percuma!"


"So you think it is useless?"

" Jadi kamu pikir percuma?"

The old man said, "Look at the basket." The boy looked at the basket and for the first time realized that the basket was different. It had been transformed from a dirty old coal basket and was now clean, inside and out.

Kakek berkata, " Lihatlah keranjangnya." Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda.. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam.


"Son, that's what happens when you read the Qur'an. You might not understand or remember everything, but when you read it, you will be changed, inside and out. That is the work of Allah in our lives.”

"Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur'An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, didalam dan diluar dirimu.”




If you feel this email is worth reading, please forward to your contacts/friends. Prophet Muhammad ( p.b.u.h) says: "The one who guides to good will be rewarded equally"

Jika kamu merasa email ini patut dibaca, maka lanjutkanlah ke teman-temanmu. Seperti sabda Nabi Muhammad( SAW) : " Bagi siapa saja yang membawa kebaikan maka akan mendapat ganjaran yang sama "


sumber : milis mualaf indonesia

Kamis, 06 November 2008

Keajaiban Dunia

Siang itu udara sangat terik, tapi anak-anak kelas 4 SD ini seperti nggak merasakan teriknya hari, mereka terus bercanda, tertawa, riang dan riuh

Ibu Guru cantik masuk kelas. Ibu guru itu menyuruh siswa-siswanya mengeluarkan selembar kertas...

"Ulangan ya Bu...?" Celetuk si Bandel

Ibu Guru itu lalu memberikan pertanyaan:
"Sebutkan Keajaiban Dunia yang kalian tahu."

Kontan saja semua siswa menuliskan semua keajaiban dunia yang mereka tahu. Mereka menyebutkan: Tembok Besar Tiongkok, Petra di Jordan, Taj Mahal di India dan banyak lagi.

Tidak membutuhkan waktu lama mereka mengumpulkan kertas jawaban mereka. Butuh waktu 5 menit.

Ibu Guru itu puas melihat jawaban anak didiknya. Dia merasa berhasil memberikan pendidikan yang berkualitas pada siswa-siswanya. Tapi ada satu kertas jawaban yang membuat tensi Ibu Guru ini naik. Lalu dia memanggil pemilik kertas kosong, putih, bersih tanpa jawaban ini.

Si anak merasa tidak bersalah langsung maju.

"Ya Bu..." jawabnya

"Kenapa kertasmu kosong?"

"Saya tidak bisa menyebutkan keajaiban itu Bu, terlalu banyak..." jawabnya polos

"Mata untuk kita melihat betapa indah dan sekaligus kejam dunia ini."
"Telinga untuk mendengarkan pelajaran Ibu."
"Hidung yang bisa mencium wanginya masakan mama di rumah."
"Papa mama yang selalu ada saat saya mau."
"Jantung yang selalu berdenyut tanpa disuruh."
"Masih banyak Bu..."
"Menurut saya itu adalah Keajaiban Dunia Bu..., bukan yang Ibu ajarkan kemarin..."


Lalu Ibu Guru cantik itu diam, dia tertunduk.
Seisi kelas juga terdiam, ikutan Ibu Guru yang juga diam.

Rupanya Bu Guru cantik ini baru belajar dari siswanya yang masih kelas 4 SD.


Anda mau belajar nggak...???

Jumat, 31 Oktober 2008

Menyusun Impian Sambil Jalan

Hari ini saya berkesempatan untuk delivery ke Cikampek menggantikan 1 driver yang resign. Hari jum’at ini saya sholat Jum’at di Masjid At Taubah Rest Area KM57 Karawang Timur.

Saya melihat begitu banyak orang-orang berusia matang dan hidup seakan mapan. Usia sudah bisa dipastikan di atas 50 tahun. Seseorang dengan usia segitu dengan rambut sudah abu-abu meski tidak seluruhnya putih. Dengan t-shirt & jeans bergaya casual sambil on line dengan anaknya yang berada di Bandung.

Melihat orang seperti ini, pikiran saya jadi melayang...hari tua saya nanti, apakah berkesempatan untuk seperti mereka. Matang secara pemikiran, mapan secara finansial.

Saya tersenyum sendiri sambil memasang sepatu setelah sholat Jum’at berjama’ah.

Sambil melangkah menuju Inova hitam B 882 TO, pikiran saya masih tertuju pada orang tua itu. Yang membuat saya sedikit berpaling adalah suara perut saya yang sudah...minta diisi dan tenggorokan yang kering karena terik matahari minta disirami.

Saya masuk ke gerai Circle K yang ada di sana. Beli Roti Sobek dari Sari Roti dan Zestea dari Tang Mas. Keluar dari gerai Circle K, saya ketemu lagi dengan bapak itu. Kali ini dia bersama istrinya yang berjilbab yang baru selesai sholat Dhuhur. Mereka duduk di samping gerai itu. Sang ayah masih on line.

Senyum yang mengembang dari sepasang renta itu, sejuk dan menyejukkan siapa saja yang kebetulan melihatnya.

Sampai di mobil, saya buka Zestea dingin yang kuambil dari refrigerator tadi dan...glek...glek...glek...wuih segere...

Beberapa saat bengong di dalam mobil.
Sambil berjalan lambat saya meneruskan perjalanan sambil menyusun impian.

Ntar kalo udah sematang dan semapan bapak itu......
1. Tinggal di residential yang jauh dari kebisingan, kalo bisa di daerah sejuk seperti Jember, Bondowoso, Malang, Bandung, Jogja, Solo atau Lampung...
2. Sesekali berlibur ke rumah anak-anak sambil melihat tingkah cucu yang biasanya manja sama eyangnya...
3. Punya usaha budidaya tanaman yang bisa menghidupi keluarga kecil yang tinggal seorang kakek dan seorang nenek yang saling setia tanpa membebani anak-anak, atau bahkan sudah punya aset yang bisa memberikan pasive income...
4. Punya kendaraan 4wheeler yang bisa dipakai untuk berkunjung ke rumah anak-anak...

Tinggal menikmati hidup, dengan segala fasilitas yang nggak kurang (meski nggak sangat lengkap), tapi cukuplah dengan kemapanan seperti itu.

Tak terasa Inova-ku berjalan 130km/jam. Aku buru-buru melepas pedal gas agar kecepatannya berkurang. Tak seberapa jauh aku sampai di depan pintu tol Cikopo.

Masih dengan kecepatan standard sekitar 60-70km/jam, saya menyusuri kawasan industri Kota Bukit Indah dengan jalan aspalnya yang bergelombang, impian itu tidak mau pergi hingga aku sampai di destinasi delivery-ku.

Setelah urusan selesai, saya memacu kembali si Ino hitam yang selalu menemani kemana saja saya mau pergi kerja, cari duit...

Dengan impian tadi, mungkin memang sedikit terlambat kalau saya baru start sekarang, tapi kalo nggak dimulai sekarang, kapan saya mau start mengejar impian itu...

Mau kerja sampe’ tua...nunggu kiriman dari anak-anak?
Mudah-mudahan nggak...
Semoga Alloh memudahkan dan meringankan langkah kita menggapai impian.

Kamis, 30 Oktober 2008

I Love More and More to You Mom...

Hari ini saya mendapat email seperti di bawah ini dari seorang teman...

Waktu kamu berumuran 1 tahun , dia menyuapi dan memandikanmu ... sebagai balasannya ... kau menangis sepanjang malam.

Waktu kamu berumur 2 tahun , dia mengajarimu bagaimana cara berjalan ..sebagai balasannya .... kamu kabur waktu dia memanggilmu

Waktu kamu berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang .. sebagai balasannya ..... kamu buang piring berisi makananmu ke lantai

Waktu kamu berumur 4 tahun, dia memberimu pensil warna ... sebagai balasannya .. kamu corat coret tembok rumah dan meja makan

Waktu kamu berumur 5 tahun, dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah..sebagai balasannya ... kamu memakainya bermain di kubangan lumpur

Waktu berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah ... sebagaibalasannya ... kamu berteriak "NGGAK MAU ..!"

Waktu berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola ... sebagai balasannya .kamu melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu berumur 8 tahun, dia memberimu es krim ... sebagai balasannya.. .kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu

Waktu kamu berumur 9 tahun , dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu .sebagai balasannya .... kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar

Waktu kamu berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun .. sebagai balasannya ... kamu melompat keluar mobil tanpa memberi salam

Waktu kamu berumur 11 tahun, dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop .. sebagai balasannya ... kamu minta dia duduk di barisan lain

Waktu kamu berumur 12 tahun, dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa ... sebagai balasannya .... kamu tunggu sampai dia keluar rumah

Waktu kamu berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya.... sebagai balasannya.. kamu bilang dia tidak tahu mode

Waktu kamu berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan .. sebagai balasannya .... kamu nggak pernah menelponnya

Waktu kamu berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu ...sebagai balasannya ... kamu kunci pintu kamarmu

Waktu kamu berumur 16 tahun, dia mengajari kamu mengemudi mobil ....sebagai balasannya .... kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya

Waktu kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telpon yang penting ... sebagai balasannya .... kamu pakai telpon nonstop semalaman,

Waktu kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA.. sebagai balasannya ..... kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi

Waktu kamu berumur 19 tahun, dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama ... sebagai balasannya .... kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen

Waktu kamu berumur 20 tahun, dia bertanya "Darimana saja seharian ini?".. sebagai balasannya .... kamu menjawab "Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang."

Waktu kamu berumur 21 tahun, dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu ... sebagai balasannya .... kamu bilang "Aku nggak mau seperti kamu."

Waktu kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru waktu kamu lulusperguruan tinggi .. sebagai balasanmu ... kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri

Waktu kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumahbarumu ... sebagai balasannya ... kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu

Waktu kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanyatentang rencana di masa depan ... sebagai balasannya ... kamu mengeluh "Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu."

Waktu kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu .. sebagai balasannya ... kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km..

Waktu kamu berumur 30 tahun, dia memberimu nasehat bagaimana merawatbayimu ... sebagai balasannya .... kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda."

Waktu kamu berumur 40 tahun , dia menelponmu untuk memberitahu pesta salahsatu saudara dekatmu .. sebagai balasannya kamu jawab "Aku sibuk sekali, nggak ada waktu."

Waktu kamu berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu ... sebagai balasannya .... kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya...

Dan hingga SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang ... dan tiba-tiba kamu teringat semua yang belum pernah kamu lakukan, ... dan itu menghantamHATIMU bagaikan pukulan godam

MAKA ...JIKA ORANGTUAMU MASIH ADA ... BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH KAMU BERIKAN SELAMA INI JIKA ORANG TUAMU SUDAH TIADA ... INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TELAH DIBERIKANNYA DENGAN TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU

Ini adalah mengenai Nilai kasih Ibu dari Seorang anakyang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia menghulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu. si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerimakertas yang dihulurkan oleh si anak dan membacanya. OngKos upah membantu ibu:
1) Membantu Pergi Ke Warung: Rp20.000
2) Menjaga adik Rp20.000
3) Membuang sampah Rp5.000
4) Membereskan Tempat Tidur Rp10.000
5) menyiram bunga Rp15.000
6) Menyapu Halaman Rp15.000
Jumlah : Rp85.000

Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulissesuatu dibelakang kertas yang sama.
1) OngKos mengandungmu selama 9bulan - GRATIS
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu -GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu - GRATIS
4) OngKos Khawatir kerana selalu memikirkan keadaanmu - GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu - GRATIS
6) OngKos mencuci pakaian, gelas, piring dan keperluanmu - GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku - GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anakmenatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu".

Kemudian sianak mengambil pena dan menulis sesuatu didepan surat yangditulisnya: "Telah Dibayar" .

Jika kamu menyayangi ibumu,"FORWARD" lah Email ini kepada sahabat-sahabat anda.

1 orang :Kamu tidak sayang ibumu
2-4 orang :Kamu sayang ibumu
5-9 orang :Bagus! Ternyata Kamu Sayang juga Kepada Ibumu
10/lebih : Waahhhh....Kamu akan disayangi Ibumu dan juga semua orang...

APAKAH KAMU SAYANG ORANGTUAMU?? ??
KARENA ORANGTUAMU SELALU MENYAYANGIMU.

Mother is the best super hero in the world.


Ini hanya soal mengingatkan, bukan intervensi ataupun pemaksaan.
Kalau ingat pada orang tuamu, sering-seringlah telepon mereka, atau kalau mungkin kunjungilah mereka.
Satu kali bibirmu menyentuh tempurung tangannya, satu kebanggaan mengalir dalam hatinya.
Syukurilah keberadaan mereka, karena mereka itulah ladang pengabdian kita...
Semoga bakti kita pada orang tua merupakan pengabdian yang ikhlas kita kepada Tuhan...

"Ya Alloh, berilah kesempatan padaku untuk selalu dapat bertemu dengan orang tuaku. Dan apabila sampai pada waktunya, berilah satu kesempatan lagi untukku bertemu dengannya..."

Rabu, 29 Oktober 2008

Demo untuk Rakyat atau Karnaval untuk Pamer

Mahasiswa Jember yang tergabung dalam PMII berdemo (karnaval) di depan Gedung DPRD Jember.

Pas saya on di radio ElshintaFM Jakarta, ternyata ada berita dari kampungku tercinta, Jember. Mahasiswa yang tergabung dalam PMII (entah singkatan dari apa) sedang berdemonstrasi dengan berjalan mundur untuk memperingati hari Sumpah Pemuda.

He...mas-mas dan mbak-mbak mahasiswa, kalian itu demo apa karnaval? Apa subsatnsi demo kalian kalo hanya beradegan kayak gitu? Agak kreatif dikit dong...!!! Buat langkah nyata dan bermanfaat buat rakyat yang kalian suarakan. Jangan cuman karnaval pake’ jalan mundur, di hari Sumpah Pemuda lagi. Dengan cara kalian ini, itu artinya kalian menodai perjuangan para pemuda yang tahu 1928 berjuang untuk maju, eh...kalian malah mundur.

Kalo kalian melihat semakin hari Indonesia semakin mundur, itu adalah tantangan untuk kita semua, termasuk kalian generasi muda. Boleh berkesenian, boleh main teater, tapi saat ini masyarakat Jember maupun Indonesia secara keseluruhan, butuh pemikiran kalian, butuh langkah nyata kalian, kerja yang nyata, bukan cuman tawuran, cekaka’an, diskusi nggak selesai-selesai tanpa hasil, orasi terus merangkai kata yang gak mutu.

Demo memperingati Sumpah Pemuda dengan berjalan mundur cuman menghabiskan dana. Dari mana dana kalian...? dari iuran, minta sama orang tua atau hasil kerja sendiri, atau dari manapun, coba dengan dana itu kalian belikan minyak tanah atau gas, belikan sembako, buat santunan anak putus sekolah, lalu buka posko di depan kantor DPRD, undang anggota dewan itu untuk nonton aja gak perlu terlibat, itu lebih punya arti. Kalian generasi yang punya pendidikan tinggi...jangan kayak orang nggak berpendidikan kurang kerjaan dengan berjalan mundur.

Jangan pernah bawa bangsa ini mundur, mimpi kalian terlalu rendah, cita-cita kalian bukan untuk masa depan tapi hanya untuk meminta dan menuntut tanpa ada langkah nyata.

11 Oktober 2008 lalu saya nonton berita di TVOne, ada satu warga Jember namanya Pak Mahmud (Kecamatan Arjasa) yang protes, warga Arjasa itu demo dengan menghentikan pengerjaan jalan akses ke kampung mereka karena pemasangannya tidak sesuai dengan standar pembuatan jalan (bestek). Saya salut buat Pak Mahmud, mestinya para mahasiswa yang pinter itu lebih sering nonton berita dan belajar dari orang seperti Pak Mahmud.

Minggu, 26 Oktober 2008

Semut Ae Nyokot Nek di Idhak...

Ketika kita bekerja di sebuah perusahaan, baik PMA maupun PMDN
Apa sih yang kita cari...
Selain uang untuk hidup, mungkin juga karir yang akan lebih melanggengkan kita di perusahaan itu

Office Politics mungkin nggak bisa dihindari
Tapi politik yang seperti apa...?
Politik model ngakali orang...adalah politik paling kejam, apalagi di lingkungan industri

(Saya menghapus secara permanen sebagian isi posting ini)

Kamis, 23 Oktober 2008

Kenapa saya Tidak Bisa Menunggu...

Setiap ada permasalahan, atau apapun yang menjadi concern, baik urusan pekerjaan maupun urusan lainnya, bahkan meski hanya untuk urusan main, saya nggak pernah bisa menunggu, lebih lama dan lama lagi...

Terkadang saya berpikir, am I too perfectly? No need very perfectly, just need can running smoothly


Beberapa masalah (pekerjaan) masih belum mendapat jawaban hingga detik ini. Bagaimana saya menjawab pertanyaan-pertanyaan dari customer. Schedule produksi beberapa part juga masih belum jadi. Bagaimana persiapan produksi untuk part-part tersebut. Satu part juga belum berangkat plating, part diperlukan jam 16.00 di customer, jam 15.00 harus delivery, follow up-nya gimana...? customer sudah stop line...wuih....

Gerak cepat....
Atau berpikir tepat...
Atau nggak dua-duanya...

Slow down, udah nggak jaman kali...
Competitor sudah banyak, cari order susahnya gak karuan, cuman trust yang bisa kita tawarkan sama customer. Qulity, sama dengan competitor yang lain, tapi quick respon itu lo yang diperlukan, nggak mlempem aja...

Tapi aku nggak mau stress sendiri gara-gara hal kayak beginian... yang lain nyuantai banget, kenapa saya nggak bisa menunggu...

Actually saya bisa nunggu, asal saya juga melihat lawan bicara saya juga punya greget (enthusiasm) untuk merespon. Kalo nggak, siapa yang nggak kesel...

One side saya harus mengerti kondisi internal, tapi other side saya juga mesti professional...

How to balancing this cond?
Tantangan yang harus bisa ditaklukkan.......

Senin, 06 Oktober 2008

Vacational (Liputan Istimewa) to Lampung

Please imagine. Pictures are not available, the camera was lost with all captures. Sorry to readers.

H-10 musim mudik lebaran 1429H / 2008M sudah sangat terasa. Bahasan pembelian tiket untuk pulang kampung hangat dibicarakan di setiap sisi kota ini. Tak terkecuali di pabrik tempatku bekerja.

Aku memang tidak mengajukan cuti tambahan setelah cuti bersama. Jadi tanggal 6 Oktober 2008. Aku memang merencanakan untuk tidak pulang ke Jember, karena bulan Agustus 2008 lalu aku sempat pulang ke Surabaya untuk pernikahan adikku. Jadinya aku minta ijin ibuku untuk nggak pulang pada Lebaran 1429H ini. Dan ibuku memberikan ijin untuk nggak pulang. Ibuku sendiri memutuskan untuk berlebaran di Surabaya, di rumah Bu De ku.

Kurang lebih H-5, Didit-temanku, mengajakku ke Lampung, istrinya orang Lampung. Ditambah lagi Gembvl-temanku juga, menawarkan motornya kalau aku mau pergi ke Lampung. Pikir-pikir...lalu aku putuskan untuk jalan ke Lampung.

Sabtu, 27 September 2008, 10.00:
Persiapan motor, ganti oli dan ban dalam depan.

Sabtu, 27 September 2008, 19.00:
Menjenguk temanku yang lain, Rudi-Lia yang melahirkan putra ke-2 mereka.

Sabtu, 27 September 2008, 21.00:
Perjalanan dimulai dari rumah kontrakan Didit. 2 motor 4 orang. Didit bersama Elly-istrinya. Aku bersama Rifa’i-adik Elly yang juga staff QC di tempatku bekerja.
Perjalanan menyusuri Jalan Inspeksi Kalimalang cukup lancar hingga daerah Jaka Sampurna, Bekasi. Setelah itu macet bukan main. Jumlah motor bisa dikira lebih dari 10.000 motor hingga pertigaan jalan Raden Inten, belum termasuk mobil.
Perjalanan kembali lancar setelah melalui Lampu Merah Jati Asih. Cawang, sepanjang jalan di tepian jalan tol dalam kota Jakarta, Kalideres, Kota Tangerang, hingga menjelang Cikande.

Minggu, 28 September 2008, 00.30:
Kami harus berhenti di SPBU, Balaraja Barat sebelum Kawasan Industri Modern Cikande. Didit kehabisan bensin, sedang motorku masih belum perlu isi ulang. Sambil menunggu antrian Didit, aku bersama Rifa’i dan Elly beristirahat. Beberapa pemudik motor juga banyak yang beristirahat.

Minggu, 28 September 2008, 01.00:
Perjalanan kembali dilanjutkan. Tidak ada macet, hanya volume pemudik bertambah.

Minggu, 28 September 2008, 02.00:
Kami kembali harus berhenti. Motorku butuh tambahan bensin. Berhenti di SPBU kota Cilegon.

Minggu, 28 September 2008, 02.15:
Perjalanan mulai macet. Kurang lebih 5km menjelang Pelabuhan Merak.

Minggu, 28 September 2008, 02.30:
Sampai di Pelabuhan Merak, berhasil menyusur kemacetan yang kurang lebih sepanjang 5km. Sampai di depan pintu penyeberangan, kami harus berhenti. Tidak jelas apa masalahnya. Yang jelas perjalanan tidak dapat dilanjutkan. Sekumpulan motor harus stagnant. Persis genangan air di cekungan. Kondisi ini berlangsung sangat lama dan menjengkelkan.
Dalam penantian yang serba tidak jelas, bayak fotografer yang memanfaatkan moment ini untuk mendapatkan best captures masing-masing. Hingga satu diantara pengendara motor ada yang pingsan, tak satupun petugas atau fotografer atau wartawan nggak jelas itu datang membantu. Diteriaki bahwa ada yang pingsan, mereka hanya melemparkan sekejap lampu blits mereka dengan sombongnya. Akhirnya pemudik lain yang membantu menyadarkan orang yang pingsan.
Aku sendiri seperti sudah nggak kuat. Tidak ada makanan atau minuman. Hanya ada sisa air mineral setengah dari kemasan sedang. Aku tuntaskan untuk sahur, kuminum kurang lebih pukul 04.30 sebelum adzan subuh. Letih, ngantuk sudah meliputi semua pemudik motor. Aku tertelungkup pada stang motor. Rifa’i mendekapku agar tidak jatuh karena iapun ngantuk berat. Kepalanya sudah nggak bisa diangkat. Dekapannya pun sama sekali tidak erat, hanya sebagai indikator kami masih bersama-sama di atas satu motor.
Masa penantian inipun masih belum berakhir.

Minggu, 28 September 2008, 07.10:
Motor kembali bergerak. Gate pembelian tiket menyeberang kembali dibuka. Rifa’i berlari turun dari motor untuk membeli tiket hingga kami bisa masuk ke dermaga. Inipun kami harus kembali menunggu. Antrian lebih padat. Ngantuk kembali menyerang. Rifa’i hampir terjatuh karena pegangannya di perutku terlepas saking letihnya, akupun ikut terkejut. Emosi kembali meningkat karena motor tidak segera dimuat ke dalam kapal, sedangkan sudah lebih dari 70 mobil dimuat ke dalam kapal.

Minggu, 28 September 2008, 08.00:
Kami mulai bergerak mendekati dermaga. Dan akhirnya...motorku dapat memasuki dek kapal. Lega rasanya...tapi mata sudah tak berkehendak untuk pejam. Ngantuk hilang, begitu juga Rifa’i. Tapi Didit dan Elly, begitu mendapat tempat duduk di kapal, langsung tidur.

Minggu, 28 September 2008, 08.20:
Kapal mulai bergerak menjauhi dermaga. Beberapa pemuda minta di sawer dengan uang untuk melompat dari dek teratas terjun ke laut hanya untuk mengejar kepingan 500 Rupiah. Kurasakan detik demi detik perjalanan kapal ini. Baru pertama kalinya aku menggunakan jasa transportasi laut. Kami berada di dek lantai 2 KM Rajabasa.

Minggu, 28 September 2008, 09.30:
Pelabuhan Merak, Banten sudah tidak nampak. Sebagai gantinya, Tugu Siger Lampung berwarna kuning mulai terlihat meski belum sangat jelas. Rifa’i menjelaskan bahwa itulah lambang masyarakat Lampung. Tugu kebanggaan mereka. Bentuknya seperti mahkota, warna kuning diibaratkan emas, dan warna ini memang sudah terlihat meski posisi kapal masih jauh.
Kapten kapal mengumumkan bahwa kapal harus berhenti karena kapal harus antri untuk masuk ke dermaga. Kurang lebih 1 jam.

Minggu, 28 September 2008, 10.30:
Kapal merapat. Pintu dek paling bawah dibuka depan dan belakang dan semua motor naik ke dek lalu keluar kapal. Welcome to Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Lega rasanya hati ini. Udara Lampung sudah bisa kuhirup. Panas, tapi angin laut seakan menghilangkan rasa panas yang saat itu memang sangat menyengat.

Perjalanan masih jauh. SPBU pertama kami lalui. Rencananya kami akan isi bensin, tapi sudah nggak mungkin, antrian begitu panjang. Akhirnya SPBU kedua kami berhenti. Didit isi bensin. Dan di sini juga saya menyudahi puasa saya hari itu. Terlalu panas, tenggorokan sangat kering dan terasa sangat perih.

Setelah berhenti isi bensin, Rifa’i menawarkan diri untuk menggantikan aku mengendarai motor. Tapi saking bahagianya, aku nggak mau di ganti. Aku ingin menikmati perjalanan ini.

Perjalanan diteruskan menuju Kecamatan Pring Sewu, Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan. Pemandangan yang very-very nice nggak dilewatkan untuk capture beberapa objek di sana. Hingga akhirnya perut nggak bisa ditahan karena hari itu nggak puasa (nggak kuat...he..he..). Kami putuskan untuk makan dulu di sebelahnya Rumah Makan Padang Tiga Saudara, sebuah kedai makan kecil di pinggir tembok pagar rumah makan tersebut.

Makanan & minuman:
Soto 3 mangkok + nasi putih
Bakso 1 mangkok
Teh Botol 3
Air Mineral dalam kemasan 1 (merek lokal grand, bukan aqua)
Kopi tubruk 1 cangkir
Total yang harus di bayar 91ribu, wow.....mahal amat....

Aku sempat kaget karena bawa uang hanya 30ribu, ya...kurang jadinya...tapi setelah ngumpulin uang iuran, akhirnya bisa terbayar juga...he...he...jadi makan rame-rame & bayar rame-rame juga...

Perjalanan masih sangat panjang...aku masih sempat isi bensin sekali lagi. Didit sudah melaju dan nggak terlihat... Selepas mengisi bensin, motor kembali dipacu. Sesampainya di depan Rumah Sakit Immanuel Lampung belok kiri dan jalanan menyempit. Melintasi pintu perlintasan kereta api, sampailah kami di kota Tanjung Karang. Didit isi bensin, aku sholat Dhuhur dijamak & qoshar dengan Ashar, dan akupun harus menyerahkan stang motor ke Rifa’i, sudah ngantuk berat...

Minggu, 28 September 2008, 14.00:
Perjalanan dilanjutkan. Rifa’i pegang kendali. Dia langsung menuju rumah, jalannya berkelok-kelok. Pasar Pring Sewu belok kiri, teruuussss, menikung....lurus lagi...pasar Ambarawa belok kanan...ikut aja jalanan, lalu...

Minggu, 28 September 2008, 15.30:
Sampai juga di rumah...Setelah bersalaman dengan seluruh isi rumah yang nggak lain adalah keluarga besarnya Elly...aku langsung tidur, telungkup, karena pantat udah mati rasa...

Minggu, 28 September 2008, 17.30:
Aku terbangun, Ferry temanku yang di Malang telepon. Dia tanya kapan bisa ketemu di Jember. Aku bilang kalo aku ada di Lampung, dia ketawa tapi kaget...ngapain ke Lampung? Dia mau buka usaha konsultasi untuk remaja dan rumah tangga. Its good. Tapi aku mau tanya dia mau buka di mana, di Jember, Malang, Surabaya atau di mana...? Telepon keburu putus karena signal Telkomsel kurang bagus di sana.

Liburan pun dimulai...
Keesokan harinya aku pergi ke gunung tempat Bapaknya Elly. Ambil daun melinjo, pepaya masak dan pepaya muda untuk sayur, kemiri, merica, nangka muda (tewel), daun cincau...ya untuk buka nanti... Wih... kayak mall aja, tinggal ambil apa yang kita mau, tapi nggak usah bayar...enak bener kalo punya gunung...

Selama beberapa hari libur Lebaran, kerjaan cuman tidur, nonton TV, jalan-jalan ke gunung, sawah dan menyusuri jalanan sempit berlubang tapi menyenangkan, pake motor pinjeman. Saluran TV Nasional yang tertangkap bagus di Lampung antara lain RCTI, SCTV, Indosiar, Trans7, Anteve, TVRI, Space Tone (tapi kurang bersih), Elshinta TV (sangat nggak jelas, ini TV Lokal Jakarta).

Menservis pompa air di rumah, karena out put air yang sangat kecil. Semuanya dibersihkan. Tapi naas sekali, setelah diservis, air malah nggak keluar sampai sekarang...

Lebaran disana nggak jauh beda dengan di Jember. Tradisi berkunjung ke sanak dan kerabat, berkeliling kampung untuk bersilaturahmi dengan tetangga. Di sana masih ada tradisi sungkeman pakai bahasa jawa kromo inggil, wah aku bggak ngerti dan nggak bisa sama sekali. Shalat Idul Fitri dilakukan di Masjid Babussalam, Rabu tanggal 1 Oktober 2008, tapi ada yang berlebaran hari Selasa 30 September 2008.

Meski belum puas dan rasa malas untuk kembali ke Jakarta menyelimuti, mau nggak mau kami harus kembali ke Jakarta. Kerjaan sudah nunggu. Pabrik siap meng-on-kan kembali mesin-mesinnya.

Jum’at, 3 Oktober 2008, 17.00:
Mulai packing pakaian untuk dibawa kembali. Ditambah lagi oleh-oleh kue lebaran yang ada di rumah, ditambah beras 5kg, tape ketan 1 tas plastik.
Lumayan berat.

Jum’at, 3 Oktober 2008, 17.30:
Rifa’i datang ke rumah, untuk konfirmasi jam berapa mau berangkat ke Jakarta....

Jum’at, 3 Oktober 2008, 20.00:
Rifa’i bersama Bapak & Ibunya datang ke rumah, mengantarkan sang anak untuk kembali ke perantauan. Aku jadi ingat ibuku yang selalu meluangkan waktu 1 hari full kalo aku sudah mau kembali ke Jakarta. Aku telepon ibuku di Surabaya nggak diangkat, sepertinya lagi ke luar rumah...

Jum’at, 3 Oktober 2008, 21.05:
Kami berangkat kembali ke Jakarta. Sedih.....banget, aku memang bukan bagian dari keluarga ini, tapi rasanya sedih juga ketika harus meninggalkan desa ini, meski kekurangan fasilitas, jauh dari status kota, tapi ya itu yang aku rasakan, sedih.....dan dalam....banget.
Menyusuri jalan sempit, berlubang dan gelap. Sekarang giliran Rifa’i yang pegang stang motor. Aku bonceng di belakang, pegangan dengan erat karena dengan kecepatan segitu motor sangat sensitif meski dengan sedikit guncangan.
Perjalanan malam itu sangat lancar. Nggak ada macet, nggak ada kecelakaan,hanya gelap, ngerinya kalo ada yang menyeberang, jalan turunan-tanjakan dan berliku.

Jum’at, 3 Oktober 2008, 23.00:
Kami berhenti di SPBU Kalianda. Isi bensin dan ke toilet. Perjalanan dilanjutkan kembali.

Sabtu, 4 Oktober 2008, 00.30:
Kami berhenti untuk beli kemplang. Aku beli 5 pack, 1 pack 4 bungkus. Jadi aku beli 20 bungkus. Nggak perhitungan sih...jadinya susah bawanya. Ringan sih...tapi kan volumenya besar, kebawa angin jadinya berat...masuk ke dalam tas Rifa’i 1 pack, 4 pack dimasukkan ke plastik besar, aku yang bawa....

Sabtu, 4 Oktober 2008, 01.30:
Kami sudah masuk kapal di Pelabuhan Bakauheni, tanpa antri, tanpa menunggu, tanpa berdesakan, tanpa berteriak, tapi asap knalpot bus...tetep ada. Tidak lama berselang kapal berangkat. Kamipun makan nasi yang sudah disiapkan oleh Ibunya Elly. Selesai makan kami tidur, safing energi untuk perjalanan berikutnya.
Setiap kesempatan untuk ambil gambar pasti nggak pernah terlewat. Di atas kapal saat berangkat, saat turun kapal, saat di jalanan, di SPBU, di rumah, Tugu Siger Lampung, pokoknya semua moment perjalanan ini terekam dalam kamera digital Canonku. Ditambah lagi dari kamera analog temanku.

Sabtu, 4 Oktober 2008, 03.00:
Kapal sudah merapat di Pelabuhan Merak. Sekali lagi capture pakai kamera analog temanku, aku juga ingin capture dengan kamera digitalku. Waduh....tahu-tahu kameraku sudah nggak ada. Resleting tasku terbuka...jangan-jangan pas naik tangga dari dek bawah ke dek lantai 3 kapal....hee........eeeehhhhh....bukan kameranya aja yang sayang.....semua gambar ada di situ.....

Sabtu, 4 Oktober 2008, 03.05:
Motor kembali dipacu, dengan kecepatan maksimum, mumpung jalanan sepi, kami mengejar matahari, sebelum terbit matahari, kami sudah harus melewati Jakarta, kalo nggak, sudah pasti macet dan otomatis sampai rumah pasti siang.

Sabtu, 4 Oktober 2008, 03.20:
Kepala Rifa’i sudah bergoyang lebih dari 3 kali. Aku tanya dia jangan-jangan sudah ngantuk....ternyata dia memang sudah nggak kuat ngantuk. Aku menggantikannya.
Kecepatan nggak berkurang hingga pertigaan Citra Raya, Cikupa. Kakiku terasa kaku, dingin dan mati rasa. Aku mengurangi kecepatan karena khawatir kakiku nggak bisa menginjak rem. Didit sudah jauh di depan, tapi rupanya dia menungguku. Aku bilang kalau kakiku kaku, Rifa’i nggak bisa menggantikan aku, dia terlalu letih, pegangan dia sudah sering kali longgar, sering kali pula aku menarik tangannya agar berpegangan lebih erat.

Sabtu, 4 Oktober 2008, 04.00:
Kami sampai di Kalideres, pas di depan terminal.

Sabtu, 4 Oktober 2008, 05.00:
Sampai di Cawang kebingungan. Lewat jalan yang mana. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 4 menit untuk berputar-putar akhirnya ditemukan juga arah yang ke Kalimalang.

Sabtu, 4 Oktober 2008, 05.30:
Kami isi bensin di SPBU Kalimalang setelah melewati Lampu Merah Jati Asih. Ke toilet, langsung jalan lagi. Kecepatan tidak bisa maksimal. Sudah banyak angkot dan motor lain dengan arah yang sama.

Persis jam 06.30, aku dan Rifa’i sudah sampai di Jababeka, 06.35 sampai juga ke rumah....dan ternyata Didit belum sampai, kupikir dia malah sudah sampai duluan...Jam 07.02 Didit baru nongol di depan pintu. Lega juga akhirnya. Perjalanan ke Lampung...baru sekali ini aku ke Sumatera, meski kameraku hilang, tapi seneng juga....kalo ke Jember naik motor dari Jakarta...bisa nggak ya....

Minggu, 21 September 2008

Alhamdulillah, Engkau keluarkan aku dari lingkaran hitam

Sebuah kebahagiaan yang tak pernah dapat ditakar. Ketika do’a yang selama ini dipanjatkan dijawab oleh-Mu. Bukan pengkabulan do’a, tapi apa yang kuminta justru telah membuatku semakin lelah.

Kisah demi kisah diperdengarkan. Keluh dan kesah berubah menjadi hati dan wajah yang keras. Keprihatinan yang kurasa dalam hati, kusadari tidak akan merubah apa yang dirasakan oleh sekelilingku malam itu.

Aku telah berada di sisi dunia yang lain dari mereka. Mereka yang dulu adalah sebagian dari nafasku, bagian dari langkahku.

Tak kusangka, bahwasannya mereka yang jauh kini ada dekat bersamaku. Mereka yang satu kepala denganku kini jauh sekali, entah di mana mereka. Tak pernah kudengar, tak pernah kurasa lagi.

Baru saja aku pulang dari safari hatiku. Selepas sholat Tarawih, teman lamaku menyusulku untuk menghabiskan malam bersama-sama. Mereka bercerita tentang perusahaan tempat mereka bekerja. Cerita tentang para pejabatnya yang telah berpaling dari mereka, padahal para pejabat itu saat masih bergelut dengan besi, berjuang bersama-sama mereka untuk memperjuangkan hak sebagai buruh di sana.

Aku tersenyum, bukan mencibir. Beberapa tokoh wayang muncul di pikiranku, dialah sengkuni. Bedanya, kalau dalam cerita wayang, sengkuni itu ya hanya satu saja. Tapi dalam cerita ini, hampir semua pejabatnya mirip sengkuni. Selain sengkuni, muncul tokoh buto ijo, yang tamak dan keji.

Aku tidak menyebutkan sau namapun, yang teman-temanku, yang pejabat, yang pengkhianat, yang malaikat. Mungkin para pembaca tak akan pernah mengerti tentang kondisi yang ada bila tidak masuk ke dalam lingkungan mereka. Bukannya aku sok tahu, aku memang tidak lagi berada dlam perusahaan yang sama, tapi aku pernah menjadi bagian di sana, dan hingga saat ini, bau nafas perusahaan itu, masih dapat kurasa, masih dapat kulihat.

Aku hanya bisa prihatin. Dulunya, saat perusahaan itu masih bukan apa-apa, kami nggak perlu menjadi pengkhianat bagi yang lain. Kini saat perusahaan ini sudah mampu berdiri tegak dan tinggal pengembangan saja, mengapa sampai perlu menjadi pengkhianat bagi yang lain

Ya Alloh, hamba bersyukur Engkau keluarkan aku dari lingkungan yang menyesatkan itu. Aku bersyukur atas kasih dan sayang-Mu padaku tidak menjadikan aku bagian dari mereka. Aku bersyukur Engkau tidak mengabulkan do’aku untuk tetap stay di sana.

Kamis, 11 September 2008

KISAH SEDIH DARI BALI

Kisah sedih dialami Desak Suarti, seorang pengerajin perak dari Gianyar, Bali. Pada mulanya, Desak menjual karyanya kepada seorang konsumen di luar negeri. Orang ini kemudian mematenkan desain tersebut. Beberapa waktu kemudian, Desak hendak mengekspor kembali karyanya. Tiba-tiba, ia dituduh melanggar Trade Related Intellectual PropertyRights (TRIPs). Wanita inipun harus berurusan dengan WTO.

"Susah sekarang, kami semuanya khawatir, jangan-jangan nanti beberapa motifasli Bali seperti `patra punggal', `batun poh', dan beberapa motif lainnya juga dipatenkan." kata Desak Suarti dalam sebuah wawancara.

Kisah sedih Desak Suarti ternyata tidak berhenti sampai di sana. Ratusan pengrajin, seniman, serta desainer di Bali kini resah menyusul dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga negara asing. Tindakan warga asing yang mempatenkan desain warisan leluhur orang Bali ini membuat seniman, pengrajin, serta desainer takut untuk berkarya.

Salah satu desainer yang ikut merasa resah adalah Anak Agung Anom Pujastawa. Semenjak dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga asing, Agung kini merasa tak bebas berkarya. "Sebelumnya, dalam satu bulan saya bisa menghasilkan 30 karya desain perhiasan perak. Karena dihinggapi rasa cemas, sekarang saya tidak bisa menghasilkan satu desain pun." ujarnya hari ini.

Potret di atas adalah salah satu gambaran permasalahan perlindungan budaya ditanah air. Cerita ini menambah daftar budaya indonesia yang dicuri, diklaim atau dipatenkan oleh negara lain, seperti Batik Adidas, Sambal Balido, Tempe, Lakon Ilagaligo, Ukiran Jepara, Kopi Toraja, KopiAceh, Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayang Sayange, dan lain sebagainya.

LANGKAH KE DEPAN, Indonesia harus bangkit dan melakukan sesuatu. Hal inilah yang melatarbelakangi berdirinya Indonesian Archipelago CultureInitiatives (IACI), informasi lebih jauh dapat dilihat di http://budaya- indonesia. org/ . Untuk dapat mencegah agar kejadian di atas tidak terus berlanjut, kita harus melakukan sesuatu.

Setidaknya ada 2 hal perlu kita secara sinergis, yaitu:
  1. Mendukung upaya perlindungan budaya Indonesia secara hukum. Kepada rekan-rekan sebangsa dan setanah air yang memiliki kepedulian (baik bantuan ide, tenaga maupun donasi) di bagian ini, harap menggubungi IACI di email: office@budaya- indonesia. org
  2. Mendukung proses pendataan kekayaan budaya Indonesia. Perlindungan hukum tanpa data yang baik tidak akan bekerja secaraoptimal. Jadi, jika temen-temen memiliki koleksi gambar, lagu atauvideo tentang budaya Indonesia, mohon upload ke situs PERPUSTAKAAN DIGITAL BUDAYA INDONESIA, dengan alamat http://budaya- indonesia. org/ Jika Anda memiliki kesulitan untuk mengupload data, silahkan menggubungi IACI di email: office@budaya- indonesia.org-

Lucky Setiawan

nb: Mohon bantuanya untuk menyebarkan pesan ini ke email ke teman, mailing-list, situs, atau blog, yang Anda miliki. Mari kita dukung upaya pelestarian budaya Indonesia secara online.

Terima kasih Pak Lucky Setiawan, karena Indonesia memang harus waspada terhadap era Globalisasi, termasuk pencurian hasil budaya dan degradasi budaya yang dialami oleh generasi muda Indonesia. Tapi sudah waktunya juga bagi generasi muda (yang sudah keblinger dengan budaya asing) untuk menyadari hal ini.

Minggu, 07 September 2008

Aku Berlindung dari Hati Yang Berbolak-Balik

Kemarin aku bersama 2 teman lamaku, sebut saja Omar dan Kareem.

Omar adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan minuman terkenal di Sukabumi. Sedangkan Kareem adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan konsultan property di Batam.

Kareem datang ke Jakarta untuk urusan pekerjaan. Dia datang 3 hari yang lalu. Sabtu sore dia meneleponku dan langsung saja aku datang ke The Ritz Carlton, hotel tempatnya menginap. Ketika pintu lift terbuka, teleponku kembali berdering lagi. Kali ini bukan dari Kareem. Ketika ku tekan tombol hijau yang ada di keypad handphone-ku, di ujung sana kudengar suara yang sudah lama tak kudengar. Omar yang memang dari dulu ngomongnya banyak, dia bilang kalau dia ada di Jakarta. ”Kutunggu kau di lobby...” katanya seraya menutup handphone-nya.

Setibanya di depan lobby Sahid Hotel, kulihat Omar tersenyum dan langsung membuka pintu depan Porsche Cayene yang kukendarai.

”Kita ke Ritz Carlton dulu, Kareem menunggu di sana.” kataku.

”Kareem juga di Jakarta...?” Omar terheran.

”Ya, sebelum kau menelepon, dia sudah memberitahuku dulu.” Timpalku.

Untungnya Traffic Jakarta tidak terlalu macet malam minggu ini. Dari Sahid ke Ritz Carlton hanya sebentar saja. Di lobby sudah mengunggu Kareem bersama teman-temannya. Setelah ia tahu mobilku baru sampai lobby, ia melambai pada teman-temannya itu dan bergegas menyusulku.

”Assalaamu’alaikum...” salam Kareem menggantikan celotehan Omar yang memang suka ngelawak.

”Ha...ha...Alaikum salam....apa kabar Reem...?” Jawabku. ”Bagaimana kabar Ibra...sudah bisa apa dia..?” aku menanyakan kabar anaknya.

”Alhamdulillah, Ibrahim sudah TK.” jawab Kareem singkat. ”Loh, kamu juga ke Jakarta Mar...?”

”He..eh...” Omar menjawab lebih singkat.

Aku mengajak kedua teman nyentrikku ini makan di sebuah restoran di Taman Anggrek. Di tengah-tengah enaknya makan, Kareem melihat seorang wanita yang kelihatannya sedang bertugas di restoran tempat kami makan. Dia berbisik, ”Sampai kapan dia akan bekerja di luar...?”

He...he...aku tersenyum.

Lalu Omar menimpali, ”Aku pernah diskusi dengan seorang ustadz. Sang ustadz berkata bahwa sebenarnya suami istri bekerja, penghasilannya sama dengan bila hanya suami saja yang bekerja. Lalu untuk apa istri bekerja? Diam saja di rumah, itu lebih membahagiakan suami.”

He...he...aku tersenyum lagi.

”Aku dulu nggak punya rumah, Alhamdulillah sekarang aku punya rumah, sedangkan istriku nggak kerja, cuman ngasuh Ibrahim dan Aisyah. Dan dulu kondisiku sangat kekurangan. Tiket pulang ke Jakarta saja aku dibelikan oleh temanku.” Kareem mencoba menjelaskan

Kasandra, istri Kareem, sebelumnya seorang karyawan sebuah perusahaan elektronik asing di Batam. Setelah berkeluarga, Kasandra berhenti bekerja dan berkonsentrasi untuk mengurus rumah tangganya. Rumah yang disebutkan Kareem tadi, sebenarnya terbeli setelah Kasandra mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja dan mendapat uang pesangon meski diteruskan cicilannya dari penghasilan Kareem. Alhamdulillah dan Astagfirulloh. Alhamdulillah karena Alloh telah menitipkan sebuah rumah padanya. Astagrfirulloh karena dia telah menghapus peran aktif istrinya untuk membeli rumah itu.

”Iya Li, makanya kalau kamu sudah ada calon istri, nikah lah, cepetan. Nggak usah ditunda-tunda, rejeki itu selalu ada.” Omar nyeletuk lagi.

Padahal hingga saat ini pun Omar juga belum menikah....

He...he...sekali lagi aku tersenyum.

Selesai makan, kami bersenda gurau, mengenang masa lalu yang menyenangkan. Tidak terasa sudah larut. Omar minta diantar kembali ke Sahid Hotel, karena ia harus pulang ke Sukabumi pagi-pagi sekali untuk menghadiri acara di perusahaannya Minggu siang.

Setelah mengantar Omar ke Hotel, Kareem tidak minta diantar ke Ritz Carlton, ia malah ingin menginap di apartemenku. Langsung saja aku meluncur pulang bersama Kareem di dalam Cayene hitamku

Sampai di apartemen, kami ngobrol di balkon sambil merasakan hembusan angin dan melihat kerlip lampu kota dari sana.

”Reem, aku teringat kata-katamu tadi saat melihat perempuan di restoran tadi....

Saat ini, Alhamdulillah, kondisi ekonomi kita sedang baik. Jadi istri bisa di rumah, mengaasuh anak dengan baik, menyenangkan suami dan lain-lain yang tidak bermotif ekonomi aktif. Tapi, apakah sudah kita siapkan saat kondisi kita tidak lagi seperti saat ini.

Bayangkan saat kita tidak lagi bisa berdiri tegak, harus duduk di kursi roda, anak-anak butuh biaya yang nggak sedikit, kreatifitas yang ada di otak kita tidak serta merta bisa diubah menjadi uang, tabungan tak dapat lagi mengcover semua kebutuhan. Apakah kita sebagai suami akan melarang istri untuk bekerja di luar rumah dengan menjaga diri dan tetap bertanggung jawab terhadap rumah tangga. Hidup harus terus berjalan......

..., nggak semua bisa di-generalisasikan Reem”

Yang pasti, apa yang dilakukan, baik kita maupun orang lain, itulah yang terbaik yang perlu dilakukan saat itu.

Yang nggak kalah penting, berlindung kepada Alloh dari sifat hati yang suka berbolak-balik.

Alhamdulillahnya, Sabtu malam kemarin, aku mendapat pelajaran yang berarti. Dan semoga persahabatan ini semakin punya arti

I Miss You Bunda


Saat matahari belum kukenal kau sudah menyayangiku
Saat udara belum kurasa kau sudah menyayangiku
Bahkan umurku belum terhitung kau sudah mendambaku
Dan kau telah menungguku meski namaku belum terpikirkan

Geliat demi geliatku kau rasa
Meringis dan meradang adalah hal biasa
Satu usapan telah menenangkanku
Kenakalankupun telah kau rasa

Puji syukur kehadirat-Mu Tuhan
Ibuku masih ada saat jeritan pertamaku didengarnya
Setelah ia menahan nafasnya
Setelah ia merasakan otot diseluruh tubuhnya menegang seakan putus sekala itu

Satu demi satu aku berjalan dalam tahap pertumbuhanku
Saat hanya bisa merepotkan
Saat hanya pandai membangunkannya saat matanya seharusnya masih terkatup
Tapi tak sedikitpun aku merasakan keberatannya mengasuhku dalam peliharaan-Mu

Aku berdiri di atas kekhawatirannya
Aku ada di atas gusarnya
Aku diam dalam senyumnya
Aku sunyi dalam tangisnya

Aku teringat saat-saat yang sangat berat baginya. Saat yang dicintainya tak lagi berdamping di sisinya. Sangat berat. Tangiskupun tersembunyi dari pandangannya. Karena aku tak mau hidupnya semakin berat oleh raut kusutku.

Hingga umurku yang saat ini
Belum juga aku dapat menyayangimu
Hingga jarakku yang begitu jauh darimu
Tidak juga aku beranjak untuk mengukir senyummu

Mendengar suaramu saja tak sanggup kunyatakan setiap hari
Apalagi untuk mencium tanganmu yang telah mengasuhku
Saat kau katakan untuk tegak dalam hidupku
Saat itu pula aku kembali pada waktu engkau tegak dalam mempertahankan hidup untuk anak-anakmu

Senin, 25 Agustus 2008

GAK MUTU BLAS

Hari yang sangat mengejutkan
Baru saja terpikir
Sebenarnya senin ini bukan termasuk list hari yang membosankan dan terasa sangat panjang
Tapi, Senin 25 Agustus 2008 adalah hari yang buruk

Pertama,
Aku chated dengan kenalan temenku
Sepertinya dia memang orang yang pinter
Ngobrol-ngobrol tersampaikanlah sebuah keinginanku untuk hidup lebih baik
Tapi aku merasa sangat tersinggung dengan cara menjawabnya yang bernada ejekan

Kedua,
Aku menemui teman lamaku yang hari Minggu kemarin gagal kutemui
Dia katakan kalau dia sedang ada masalah dengan istrinya
Dimana temanku terkesan lebih meluangkan waktu untukku dari pada untuk istrinya

Gila...
Tadi aku pulang nggak terlalu malam
Ya, hari ini,
SENIN 25 AGUSTUS 2008
Cukup membuatku tersinggung

syt

Senin, 18 Agustus 2008

Indonesia, Aku ingin bangga padamu

16 Agustus 2008

Baru saja aku melihat tayangan di Trans7. Pokok pembicaraannya adalah keluhan para ahli dan pengamat politik tentang banyaknya partai yang nangkring buka lapak di Pemilu 2009 yang kampanye-nya sudah dimulai.

”Banyaknya partai yang ikut dalam Pemuli 2009 nanti sungguh membingungkan rakyat. Mungkin rakyat sudah tidak interest dengan keberadaan partai yang banyak ini, atau malah jijik. Rakyat bingung yang mana bendera partainya. Ini adalah bukti bahwa management Republik sudah salah.”

”Ya...banyak sekali teman-teman yang sudah gagal dalam partai yang sebelumnya, ramai-ramai membuat partai sendiri. Jadi syahwat untuk menjadi penguasa ini memang sangat besar.”

Dua pernyataan di atas dilontarkan oleh politisi dari partai, dan dua-duanya dari partai besar.

Padahal, saat orde baru baru saja bangkrut, banyak politisi dan pengamat politik yang komplain, kenapa partainya hanya 3, di luar sana, di beberapa negara maju partai itu banyak, sehingga pemikiran dan pendidikan politik bagi rakyat sangat terbuka.

He...he...
Apakah bangsaku ini adalah bangsa munafik...
Sebentar bilang ingin banyak partai...sebentar komplain kebanyakan partai...
Yang salah pemberi mediasi bagi partai...apa pengamat politiknya yang goblok, kalau pelaku yang ada di partai saya tidak komentar, yang di sana memang bersyahwat besar untuk ingin berkuasa.

Golput...
Bukan hal yang bijaksana. Apalagi ajak-ajak, nggak pantes dijadikan panutan.


17 Agustus 2008

Selain menonton Avatar dalam Book of Fire di Global TV, aku juga menonton Apa Kabar Indonesia Pagi di TVOne. Di sini dihadirkan pelaku sejarah dan fotografer yang bekerja pada jaman perjuangan, sembari menunggu detik-detik proklamasi yang rencananya akan disiarkan oleh semua tivi.

Host berkomentar bahwa generasi muda sekarang sama sekali tidak menghargai sejarah. Tentu saja Sejarah Perjuangan Indonesia. Tidak mengenal para Pahlawannya. Pepatah yang bilang: ”Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai Pahlawannya” semakin sering disebut-sebut.

Padahal, saat reformasi bergulir, orang-orang pandai itu berkomentar bahwa sejarah yang ada di masyarakat, hanyalah kebohongan besar yang dikarang oleh orde baru untuk mendapatkan hati rakyat, bahkan ada rencana pelajaran sejarah sudah tidak diperlukan lagi untuk di pelajari di sekolah-sekolahdan sudah waktunya pelajaran sejarah dihapuskan dari kurikulum.

KRISIS APA LAGI INI.
APAKAH BANGSA INI MEMANG BANGSA YANG MUNAFIK.

DUNIA SEDANG MENTERTAWAKAN KITA, INDONESIA.
BUKAN KARENA ULAH ORANG LAIN, TAPI OLEH KELAKUAN BANGSANYA SENDIRI.

Ada satu joke jawa yang mungkin tepat bila diarahkan ke Indonesia:
Isuk dele, sore tempe

Bahasa indonesia-nya:
Pagi kedelai, sorenya sudah jadi tempe

Sangat memprihatinkan.

Di salah satu iklan tokoh reformasi (atau bahkan capres putaran 2009 nanti), dielukan:
100 tahun kebangkitan nasional
63 tahun kemerdekaan
10 tahun reformasi

Sangat mengiris hati. Saya sebagai satu bagian dari bangsa Indonesia, seharusnya bangga dan bisa membanggakan negeri ini. Indonesia. Tapi setelah mendengar mulut orang-orang pintar itu, saya hanya bisa menunduk dengan kepala yang merah, menanggung malu.

Minta partai lebih dari 3, setelah dituruti dengan partai banyak, malah komentarnya jangan banyak-banyak.

Sejarah digembar-gemborkan hanyalah kebohongan dan dihapus saja dari kurikulum sekolah, sekarang malah minta generasi muda belajar sejarah.

Entah berita apalagi tanggal 18 Agustus 2008 besok. Liburku masih sehari lagi.

Ape diapakno bongso iki. Ape mbok gowo nang endi pikirane bongso iki. Saiki sing njajah Indonesia iki duduk londo ambek jepang, sing njajah Indonesia iki yo bongsone dewe, sing sekolane jarene pinter, sing sekolane nok luar negeri, tapi nggilani, isone nggembosi bongsone soko njero, cumak iso nggobloki bongsone dewe. Nek cumak pingin nyocot & mlebu tivi, luwe apik wong-wong koyok ngono iku mati. Kemerdekaan gak disyukuri, gak diisi ambek barang nggenah.

Sepurane sing gede Indonesia. Aku gak iso ngekeki sing gede kanggo bongsoku. Aku duduk wong sing pinter. Aku cumak wong pabrik sing sering diakali ambek wong-wong pinter, tapi ojok dipikir aku wong goblok. Aku duduk wong sing tahu sekolah nok universitas dalam negeri opo maneh luar negeri, tapi aku duduk wong sing keblinger ambek kepinterane.

Sepurane nek tulisanku seje ambek pikirane sing moco. Sepurane nek tulisanku seje ambek sing wis nyocot nok ngarep tivi.

Minggu, 29 Juni 2008

I'm Sorry Dad...

You have been leave me
Not alone body
But alone think

Difficulty by difficulty must pass by tears, by blood
Emotion often dominated every step
Cause our live really-really hard
Yes, I must understand who I am

Momentarily
One of your three sons will go
Going to picks his wife
His choice self

But...
At last second of his marriage time
So many problem that he should solves
And he doesn’t capable to solve on the spot problem
Once more just emotion often dominated every step

Dad...
I successfully to motivate my crew on my company where I work

But I’m sorry...
My standard way can’t change my brother, your son
One of your three sons

I don’t care he will care about me
I just ask he care about mom
How he will bring mom to your marriage places
To see her son make an oath
Oath on his marriage

I don’t care he doesn’t need me anymore
I just want he understands he will need mom
His require maybe not now
Because live not just now

I don’t care he never contacts me
Call me by phone or come to my home
I just hope he always contacts mom
Just say hello and ask how his health

I never need his money
I just want he ask mom what her need

I can understand how big desirability mom to get attention from him, his son
I want to see mom can smile because him
Not just think for and about him

Maybe what I want too high, too much
Are my desires not logic?
Are my hopes too excessive?

Dad...
I’m sorry...
I can’t bring our family like what you want
Like what you hope
Like what you mandate to me


Cikarang-

Minggu, 08 Juni 2008

?




Entah siapa engkau
Yang pasti aku sedang mencarimu

Dimana engkau ada
Aku sedang menuju ke tempatmu

Aku tak menunggu engkau datang padaku
Karena aku yang seharusnya mendatangimu
Tapi yang kutunggu adalah
Tangan Alloh yang membukakan pintumu untukku

Aku yakin engkau sedang menungguku
Meski engkau belum pernah tahu bagaimana aku
Siapa aku
Bahkan dimana aku

Engkau...
Seseorang yang akan bersamaku
Yang akan selalu bersabar denganku hanya untuk-Nya
Yang akan menyatukan hati mengabdikan diri pada-Nya

Ya...karena hidupku hanya untuk-Nya
Untuk mengabdikan seutuhku hanya kepada-Nya

Bersediakah engkau...
Untuk menjadi yang sabar bersamaku
Yang mengabdi denganku

Tak perlu kau katakan sesuatu
Tunduk wajahmu telah mengatakannya
Satu senyum sudah menjadi jawab atas harapku
Itupun sudah cukup bagiku
Yang akan membesarkan hatiku
Untuk mantap berjalan bersamamu
Menapaki jalan yang masihkah panjang
Atau tinggal sepenggalan saja

Tak perlu hirau akan sisa waktu yang tertinggal
Waktu memang sudah sisa sejak kau dan aku ada
Yang perlu dihiraukan adalah
Apa yang akan kita lakukan untuk membuktikan pengabdian kita
Kepada-Nya

Senin, 26 Mei 2008

Jam 23.15 hari Jum’at 23 Mei 2008


Pas saat itu, saya melihat siaran Metro TV. Sedang ada pengumuman kenaikan harga BBM yang akhir-akhir ini marak di tentang banyak kalangan. Dari Sang Mahasiswa, LSM, bahkan beberapa Kepala Daerah, beberapa Anggota DPRD, apalagi masyarakat umum dengan membawa nama front masing-masing.

Aksi keprihatinan tidak berguna lagi. Pemerintah merem. Tidak melihat atau tidak mau melihat. Atau mungkin kita yang kurang melihat ?

Harga minyak dunia memang tinggi. Kita butuh langkah strategis. Kita.....K...I...T...A. sekali lagi K...I...T...A, kita. Bukan hanya rakyat yang harus mengkekang perut, tapi juga pemerintah harus lebih awas dan kritis terhadap perubahan yang ada.

Pak, saya mbayar sampeyan jadi pejabat, buat mikirin kita, untuk membuat hidup kita lebih mudah, bukan ngruwetin hidup yang sudah super ruwet.

Gambar di atas adalah foto tukang emis di satu daerah di Jawa Timur. Saya tidak tahu mereka nonton TV atau tidak. Kalau mereka nonton TV, mereka pasti lebih memperkuat lapak mereka di pinggir jalan memutar itu. Tahu kenapa? Karena jumlah komunitas ini akan segera bertambah. SEGERA bertambah.

Terakhir saya melihat keberadaan mereka (sekitar tahun 1998), mereka ada di setiap tikungan. Entah saat ini. Mungkin besok setiap 3 meter sudah ada tukang emis-nya.

BLT? Saya tidak yakin mereka mendapat jatah itu. Kenapa? Karena saya yakin mereka nggak punya KTP.

BLT? Enak bener. Aldo (bukan nama sebenarnya) teman saya berkomentar. Dia tidak punya pekerjaan alias pengangguran murni. Punya KTP, surat keterangan miskin pun dia punya, makan di warteg, ”Cukuplah...!” dia bilang.

”Do...Do..., kamu bukannya cari kerjaan malah seneng banget terima BLT...” umpatku

”Lha di kasih..., ya diterima. Ini yang namanya rejeki, Ndri...!” jawabnya sambil nyengir & menghisap Marlboro-nya.

---

Satu sisi kita memang harus menerima niat baik pemerintah, untuk membedakan mana orang-orang kaya, yang punya mobil, yang punya motor, dengan masyarakat yang hanya punya nafas.

Tapi di sisi lain, jangan sampai bantuan yang sudah di release oleh pemerintah menjadi candu bagi rakyat yang hanya punya nafas itu. Terutama manusia yang masih sedikit umurnya. Manusia macam ini harus banyak bergerak, agar energi kinetisnya bisa diubah menjadi uang dimana uang inilah yang akan menjadi starting point untuk mereka selalu bergerak dan kecanduan untuk mengubah energi kinetis tadi menjadi energi spirit. Energi spirit ini bisa digunakan untuk menghasilkan energi kinetik, begitu seterusnya. Bersinergi.

Selasa, 13 Mei 2008

i n d o n e s i a ... ku (?)

Cikarang.- Semakin hari semakin ngeri saja.

Indonesia yang beragam, baik dari budaya hingga kehidupan beragamanya. Sangat beragam.

Indonesia yang demokrasi, semuanya didemokrasikan. Sampai-sampai yang namanya agamapun didemokrasikan.

Semakin hari semakin ngeri saja saya hidup di Indonesia. Jaminan hidup layak di atas tanah ini saja semakin hari semakin tepis, apalagi jaminan hidup akhiratnya.

Harga minyak sudah pasti dinaikkan. Harga minyak inilah yang menjadi automatic switch bagi kenaikan harga komoditi yang lain. Terutama yang namanya kepentingan perut.

Yang paling tidak bisa diterima akal sehat itu adalah agama yang didemokrasikan. Tengok saja gosip aktual akhir-akhir ini. Ahmadiyah, yang punya nabi terakhir yang namanya ghulam ahmad, yang sudah jelas menistakan agama ISLAMnya orang sedunia masih ada yang bilang bahwa semua harus dimusyawarahkan. Bahkan orang-orang yang sebelumnya sangat saya hormati karena tokoh itu dinilai memahami ketauhid-an, malah pasang badan dan memberi pernyataan yang sangat lucu. “Siapa bilang Ahmadiyah itu sesat?”, begitu katanya. Dan orang ini memang sudah lucu meskipun tidak diparodikan.

Saya setuju dengan apa yang dinyatakan oleh seorang tokoh Islam yang nggenah yang masih tersisa di Indonesia. “Kalau nggak nyathut nama Islam, mungkin orang Islam juga nggak merasa terganggu. Tapi yang dicathut itu Islam, ya jadinya jelas sesat.”

Dalam syahadat sudah jelas.

Belum lagi beberapa kyai dari Jawa Timur mendatangi MUI untuk mengadakan pembelaan terhadap Ahmadiyah. Lebih-lebih lagi bawa-bawa nama Nyi Roro Kidul. Salah satu kyai itu ngomong bahwa orang-orang kita aja masih percaya sama yang namanya Nyi Roro Kidul, kenapa Ahmadiyah harus dihancukan sedangkan yang percaya Nyi Roro Kidul nggak, kan nggak adil.

Dalam hati saya ngikik…lha wong Kyai Gurunya begitu ya muridnya bakal kayak gitu juga. Rupanya Kyai itu memuja Nyi Roro Kidul (Na’udzubillah). Itu artinya dia menduakan Alloh Azzawajallah. Dan dia rupanya juga nggak ngerti produk budaya dan mana yang produk agama. Itu Kyai lo…Mimpin pondok lo…(nggak tahu pondok pesantern atau pondok putri, yang penting pondok)

Belum lagi yang namanya jaringan islam liberal (jil). Orang Islam model ini klaimnya modern dan demokratis. Penuh akal-akalan. Pokoknya akal di depan. Bagi saya kaum ini adalah kaum keblinger. Kepinteren. Pola pikirnya malik. Memang cocok kalau disebut kepinteren, soalnya selalu minteri orang, apa lagi orang yang beragamanya bersifat personal fanatisme, super males menjalankan ibadah, tapi…bajunya keren, berdasi, pakai jas, keluaran Universitas Terkemuka, baik Indonesia maupun jebolan Negara sekuler. Herannya banyak di antara mereka itu belajar Islam dari Negara Super Sekuler, bukan belajar agama dari Negara Ibu dari agama itu.

Di jaringan inipun, oang yang sangat saya hormati sebelumnya itu juga pasang badan. Sekali lagi orang ini memang sudah lucu meski bukan lulusan audisi lawak nasional.


Miris hati ini.
Di jaman saya, keruwetan hidup sudah teramat sangat. Di jaman saya ini keruwetan kepercayaan noda menodai. Bagaimana dengan jaman anak saya nanti?

Apakah jawabannya adalah hijrah?
Pindah dari negeri ini?
Ke negeri orang yang mana yang paling cocok?
Bukan hanya cocok agamanaya, tapi cocok segalanya. Hidup dunia dan akhiratnya.

Kita seperti jadi bahan tertawaan kaum kafir.

Sepertinya, pemerintahan SBY-JK mendapat cobaan yang sangat berat. Pemerintahan ini dihadapkan pada 2 hal sulit yang saling bertolak belakang. UUD ’45 & Agama. Agama di dalam UUD ‘45, bukan UUD ’45 di dalam agama. Bila SKB 3 menteri di release, itu artinya pemerintahan ini konsisten terhadap agama dan akan dianggap tidak konsisten dengan UUD ’45 oleh para Nasionalis. Bila pemerintahan ini membiarkan Ahmadiyah mengakar di Indonesia, itu artinya pemerintahan ini tidak konsisten terhadap agama dan lebih memilih membela UUD ’45 yang jelas tidak akan konsisten sepanjang jaman.

Indonesia…Indonesia…

Ya Alloh, Muliakanlah negeri ini bila negeri ini membawa kemaslahatan bagi seluruh kehidupan di dunia dan akhirat. Namun bila negeri ini memang hanya membawa keburukan di segala sisi, mungkin tenggelamnya negeri ini lebih berarti daripada adanya.

Semoga Alloh memberikan jalan terbaik bagi eksistensi negeri ini. Indonesia…

Selasa, 29 April 2008

Jember Dulunya


Cikarang. Sebagai orang Jember yang tahu banyak soal sejarah kota Jember, nggak heran kalo aku sempat terkesima saat aku buka-buka artikelnya arek-arek alumni SMA 1 Jember. Setelah sekian lama aku jauh dari kota bersejarah buatku itu (sejarah karena dia adalah saksi dari kenakalanku dan teman-temanku saat aku masih dipelihara di sana), sehingga aku merasa seolah-olah aku sedang berada di satu toko es krim bernama "Toko Domino".

Toko Domino sudah dikenal entah tahun berapa. Yang jelas, ibuku kalo nongkrong sama temen-temennya saat muda ya di sana. Toko Domino.

Nggak jauh dari Toko Domino itu, kita jalan kaki ke timur, ketemu Mesjid Agung Jember, ada pertelon (pertigaan) belok kiri sedikit, di sebelah timur Rumah Dinas Bupati Jember (yang ndodoli tembok untuk dibuat instalasi listriknya itu aku) ada Kantor Pos Jember.

Di blognya Alumni SMA 1 Jember itu saya menemukan foto dari Kantor Pos Jember jaman dulu. Kontan saja aku terbang dari Cikarang ke Jember, mengenang masa-masa nakalku ngerjain orang yang sebenarnya sangat berjasa bagiku dan teman-teman di STM Negeri Jember. Karena di halte depan Kantor Pos ini, aku dan teman-teman biasanya transit untuk mbolos bareng-bareng.

Salam untuk Guru-Guruku di STM Negeri Jember:

Pak Dasuki (Kepala Sekolah), Pak Didik (Kepala Jurusan Listrik), Bu Lilik (Wali Kelas 2L1 & Guru Agama kelas 2 & 3), Bu Muharyati (Bu Har Wali Kelas 1L1 & Ilmu Listrik kelas 1), Bu Tin (Instalasi Listrik Dasar kelas 2 & 3), Pak Furqon (Wali Kelas 3L1 & Jaringan Distribusi/Jardis), Pak Yasin (Ilmu Listrik Kelas 3), Pak Mada (Instalasi Komersil), Pak Sukron (English kelas 3), Pak Denan (Instalasi Motor Listrik), Pak Yasin (Ilmu Listrik kelas 3), Pak Yunus (Sejarah), Pak Hari (Dasar-dasar Listrik), Bu Win (Fisika Kimia), Bu Tatik (Math kelas 1 & 2), Pak Nyoto (Math kelas 3), Pak Totok (Dasar-dasar Elektronik), Bu Umi (PPKn kelas 3), Bu Indah (English kelas 1), Bu Rina (English kelas 2), Pak Soleh dan Pak Cuk (Olah Raga kelas 1, 2, 3), Pak Indah (Fisika kelas 1), Pak Mashudi (Guru Agama kelas 1), Bu Ema (Bahasa Indonesia), Bu Nanik (Pengelolahan Usaha) dan Guru-guru yang lain yang nggak kesebut. Minta maaf karena banyak salah yang dibuat saat itu.

Teman-Temanku:

Sodik (Ketua Kelas 1L1), Amin (Ketua Kelas 2L1), Firman (Ketua Kelas 3L1), Herry, Sugeng, Fatahillah, Ipul, Abdullah, Rauf, Samsul, Anam, Rahayu, Khafi, Bangun, Arman, Andrik, Mamat, Eko, dan banyak lagi. Aku sampai lupa teman-teman nakalku.

Kalo ada temen-temen seangkatan maupun nggak seangkatan. Please contact-contact lah. Aku ada di a_hadiawan@hotmail.com. Tak Enteni Yo...

andriyanto hadiawan. STM Negeri Jember Alumni 1998. Sing ngerti web te'e STM Negeri Jember tolong aku di informasi. Suwun.