Senin, 31 Maret 2008

Pemuja Plastik

Seperti yang sudah kita ketahui, semua piranti sudah berganti ke plastik.

Piring, meja, kursi, tivi, rak, beberapa bagian dari mobil atau motor, sampai-sampai pohon-pohon yang kita lihat, baik yang ada di vas bunga sampai di pinggir jalanan Jakarta, sudah digantikan dengan plastik.

Wow, betapa besarnya sumber daya plastik di muka bumi.

Saya mengajak anda memasuki alam imajinasi saya,

Anda berada dalam satu ruangan. Ruangan apa saja yang anda suka. Lihat sekeliling anda, apa saja piranti plastik yang ada. Plastik cetakan hingga plastik sheet.

Bayangkan anda keluar dari ruangan anda tadi. Begitu keluar, pintu anda yang terbuat dari plastik langsung membawa anda ke ruangan lain yang temboknyapun terbuat dari plastik. Timbul konsep rumah ringan dari plastik. Penuh warna-warni mencolok mata, hingga mata anda tertuju pada halaman rumah. Pohon-pohon yang rindang, hijau dan melambai tertiup angin, rumput hijau terhampar di depan mata, kicau burung saling bersahutan tiada henti. Sinar mentari begitu terang benderang.

Tapi, pohon yang rindang itu terbuat dari plastik, rumput yang terhampar pun dari plastik. Angin yang meniup daun-daun itu di atur oleh blower yang di pasang di dekat atap rumah. Kicau burung yang bersahutan adalah suara sound yang dipasang di setiap sudut jalan oleh developer perumahan. Dan sinar terang itu bukanlah mentari yang berpijar, tapi lampu pijar besar yang dipasang di lapangan sebagai pengganti matahari.

Wouhg, betapa sedihnya kalau bumi ini sudah sampai pada tahap itu. Langit gelap bukan karena malam. Matahari sudah tidak pernah muncul lantaran asap industri sudah dominan di bawah awan. Setiap sore petugas pemadam kebakaran berkeliling kompleks, menyemprotkan air ke udara sebagai pengganti hujan. Hujan buatan seperti yang sekarang sudah tidak bisa diandalkan karena awan sudah menjadi suatu fenomena langka saat itu.

Plastik...plastik.
Saking besarnya volume-mu, hingga bumi ini sudah berubah wajah menjadi wajah plastik.

Apa anda tertarik menyelamatkan anakku, anakmu, dan semua anak-anak kita ?
Kurangi pemakaian plastik. Kembali ke piring keramik, gelas keramik, tanam pohon asli, jangan tutup tanah dengan semen.

Buat Pak pejabat penata kota, kalau mau menghias kota pakailah pohon asli, jangan pohon kelapa plastik. Pohon asli kalau di hias lampu juga bagus. Keasrian kota akan lebih terasa kalau pohonn asli yang ditanam. Gedung-gedung bertingkat juga begitu, jangan jual tanah terus, apalagi jual tanahnya dengan cara ilegal, kalau sudah kena gusur kan repot, alasannya untuk hutan kota. Kalau untuk hutan kota sudah mengorbankan para sudra, ya jadikan hutan kota itu bermanfaat bagi lebih dari jumlah sudra yang teraniaya. Tanam pohon aslinya, jangan imitasi saja.

Pemakaian plastik tidak bisa dihilangkan sama sekali, tapi pemakaiannya bisa dikurangi.

Tanya sama nany..., dia akan menjawab