Sabtu, 29 November 2008

Melihat Lirik Sindentosca

Dulu kita sahabat
Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari
Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Kini kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karena ku sayang

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Na na na na na na

Semua yg berlalu biarkanlah berlalu
Seperti hangatnya mentari
Siang berganti malam sembunyikan sinarnya
Hingga dia bersinar lagi

===

Lirik di atas beberapa hari yang lalu kudengar dari radio. Awalnya nggak terlalu memperhatikan, tapi lama-lama kok liriknya cukup menyenangkan dan menyadarkan.

Mengenang kembali para sahabat yang entah bagaimana keadaan mereka saat ini.

Memang bukan hal mudah untuk mempertahankan sebuah persahabatan, dari seekor ulat (yang bukan apa-apa), berubah menjadi sebuah kepompong (karena proses) hingga menjadi kupu-kupu yang indah.

Sahabat,
Maafkan aku bila kalian menyangka aku mempunyai tuntutan yang sangat tinggi
Aku tidak punya sedikitpun tuntutan pada kalian seperti yang kalian katakan pada teman-teman kita

===

Thank you Sindentosca
Lirik Kepompong kalian membawa aku kembali di 2002

Rabu, 26 November 2008

4 Hal

Di ruang tunggu sebuah Bandara, seorang ibu muda terllihat tengah menunggu pesawat yang akan menerbangkan dirinya.
Karena harus menunggu cukup lama, ia memutuskan untuk membeli buku untuk dibaca.

Ia juga membeli sebungkus biskuit, sekadar untuk camilan dirinya disaat menunggu pesawat.

Ia kemudian duduk di salah satu kursi di ruang tunggu VIP. Sambil bersandar, ia mulai membuka dan membaca buku yang dipegangnya.
Di kursi sebelah, yang hanya dipisahkan oleh meja kecil yang di atasnya tersaji sebungkus biskuit, duduklah seorang pria. Pria tersebut mulai membaca majalah.
Ketika ibu muda itu mengambil sepotong biskuit dari bungkusan yang terletak di atas meja, pria tersebut mengambil sepotong juga. Si ibu muda merasa terganggu dengan perbuatan pria tersebut, namun ia diam saja. Ia hanya berguman: "Huh...menyebalkan...!!! Ingin rasanya kutampar mukanya..!!"




Setiap ibu muda tersebut mengambil sepotong biskuit, pria tersebut juga melakukan hal yang sama, sambil tersenyum manis kepada si ibu muda.

Perbuatan pria tersebut benar-benar mengundang geram si ibu muda...!!!

Namun si ibu muda tidak bereaksi apa-apa, ia hanya menyimpan kedongkolan di dalam dada.

Ketika biskuit tersisa satu potong lagi, si ibu muda bergumam: "Coba saya ingin lihat apa yang akan dilakukannya...!!!"

Kemudian si pria itu membelah biskuit tersebut, ia mengambil separuh dan mempersilakan si ibu muda untuk menikmati yang separuhnya lagi...

Benar-benar keterlaluan...!!!

Kini, kekesalan si ibu muda benar-benar memuncak!

Ia segera mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan tempat duduk yang menyebalkan tersebut, pindah ke ruang keberangkatan (Boarding Room).

Ketika ibu muda duduk dalam pesawat, ia membuka tas jinjingnya untuk mengambil kacamata.

Betapa terkejutnya dia...ternyata bungkusan biskuit miliknya ada di dalam tas jinjing, masih utuh...!!

Ia kini menyesal.

Dan benar-benar merasa malu...!!

Ia merasa bersalah.

ia mengira bahwa biskuit yang dimakan tadi adalah miliknya...ternyata bukan..!

Pria tadi membagi biskuit antara dirinya dan si ibu muda tanpa merasa marah, terganggu ataupun merasa rugi...

...sementara si ibu muda merasakan sebaliknya.

Ia merasa bahwa biskuit tersebut bahwa biskuit itu miliknya yang telah diserobot oleh pria tersebut, dan menyangka betapa si pria itu telah berbuat kurang ajar kepada dirinya.




KAWAN,
Ada 4 hal yang tidak dapat diraih kembali ...
1. Batu...setelah dilempar !!!
2. Kata-kata...setelah diucapkan !!!
3. Kesempatan...setelah berlalu !!!
4. Waktu...setelah beranjak pergi !!!


Terima kasih Mas Robby yang sudah kirim mail ini kepada saya.

Thank you very much

Kamis, 20 November 2008

Ancol - Monas - Sabang

Hari Minggu, 16 Nov 2008 kemarin, saya bersama teman-teman Alpha jalan-jalan ke Ancol. Awalnya mau ke Dufan, tapi berhubung nggak punya uang, jadinya ke Pantai Festival Ancol aja. Tapi ya...lumayan, sedikit menghilangkan stres yang telah ditabung seminggu sebelumnya.

Kami berangkat dengan 2 mobil. Kijang Silver B 8820 YN & Inova Hitam B 882 TO. Peserta 15 orang sudah termasuk para istri & suami. Anak-anak tidak terhitung, tapi 3 anak dari 3 keluarga meramaikan suasana liburan kali ini.

Berangkat yang sedianya jam 07.00 mundur menjadi 08.00 karena kami menunggu 1 keluarga yang pada akhirnya mereka cancel registrasi.

Di Pantai Festival itu kami sempat melihat monster laut di Ancol yang sempat masuk berita di semua stasiun TV yang sempat membuat kami ciut. Tapi ternyata...e...Cuma hewan kayak kecoak.

Selain ke Pantai Festival, kami juga naik Gondola dengan harga tiket 35rb Rupiah. Keliling Ancol dengan Gondola mekan waktu kurang lebih 30menit saja.

Keluar Ancol kami menuju Monas. Di sana kami tidak lama. Rencana yang dibuat naik hingga Top Level Monumen, tapi antrinya Masya Alloh....puanjaaaaang banget, jadinya foto-foto aja di pelataran di bawah cawan Monas dan Museum Monas.

Keluar area Monas, kami menuju jalan Sabang. Makan Mie Ayam Roxi, wenake mak nyus pol, tapi agak sedikit keasinan. But at least enak lah...murah lagi. Semangkok Mie ayam atay Bihun ayam ditambah semangkok Bakso hanya 11rb Rupiah saja.

Nggak ngomong banyak lah, lirik aja foto-foto di sebelah kanan, kayaknya lebih bisa dirasakan...

Selasa, 18 November 2008

Mari Mulai Membaca Al-Qur'an





Ass wr wb ~


Why do we read Quraan, even if we can't understand a single Arabic word ?

Mengapa kita membaca AlQuran meskipun kita tidak mengerti satupun artinya ?

This is a beautiful story :

Ini suatu cerita yang indah :

An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa wakeup early sitting at the kitchen table reading his Quran.

Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya.


His grandson wanted to be just like him and tried to imitate him in every way he could. One day the grandson asked, "Grandpa! I try to read the Qur'an just like you but I don't understand it, and what I do understand I forget as soon as I close the book. What good does reading the Qur'an do?"

Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucu nya bertanya, "Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur'An seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur'An?”


The Grandfather quietly turned from putting coal in the stove and replied, "Take this coal basket down to the river and bring me back a basket of water."

Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di tungku pemanas sambil berkata , "Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air."


The boy did as he was told, but all the water leaked out before he got back to the house.

Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.


The grandfather laughed and said, "You'll have to move a little faster next time," and sent him back to the river with the basket to try again. This time the boy ran faster, but again the basket was empty before he returned home.

Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.


Out of breath, he told his grandfather that it was impossible to carry water in a basket, and he went to get a bucket instead. The old man said, "I don't want a bucket of water; I want a basket of water.”

Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakek nya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong , maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau satu ember air ; aku hanya mau satu keranjang air.”


"You're just not trying hard enough," and he went out the door to watch the boy try again.. At this point, the boy knew it was impossible, but he wanted to show his grandfather that even if he ran as fast as he could, the water would Leak out before he got back to the house.

"Ayolah, usaha kamu kurang cukup," maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucu nya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.


The boy again dipped the basket into river and ran hard, but when he reached his grandfather the basket was again empty. Out of breathe, he said, "See Grandpa, it's useless!"

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, " Lihat Kek, percuma!"


"So you think it is useless?"

" Jadi kamu pikir percuma?"

The old man said, "Look at the basket." The boy looked at the basket and for the first time realized that the basket was different. It had been transformed from a dirty old coal basket and was now clean, inside and out.

Kakek berkata, " Lihatlah keranjangnya." Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda.. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam.


"Son, that's what happens when you read the Qur'an. You might not understand or remember everything, but when you read it, you will be changed, inside and out. That is the work of Allah in our lives.”

"Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur'An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, didalam dan diluar dirimu.”




If you feel this email is worth reading, please forward to your contacts/friends. Prophet Muhammad ( p.b.u.h) says: "The one who guides to good will be rewarded equally"

Jika kamu merasa email ini patut dibaca, maka lanjutkanlah ke teman-temanmu. Seperti sabda Nabi Muhammad( SAW) : " Bagi siapa saja yang membawa kebaikan maka akan mendapat ganjaran yang sama "


sumber : milis mualaf indonesia

Kamis, 06 November 2008

Keajaiban Dunia

Siang itu udara sangat terik, tapi anak-anak kelas 4 SD ini seperti nggak merasakan teriknya hari, mereka terus bercanda, tertawa, riang dan riuh

Ibu Guru cantik masuk kelas. Ibu guru itu menyuruh siswa-siswanya mengeluarkan selembar kertas...

"Ulangan ya Bu...?" Celetuk si Bandel

Ibu Guru itu lalu memberikan pertanyaan:
"Sebutkan Keajaiban Dunia yang kalian tahu."

Kontan saja semua siswa menuliskan semua keajaiban dunia yang mereka tahu. Mereka menyebutkan: Tembok Besar Tiongkok, Petra di Jordan, Taj Mahal di India dan banyak lagi.

Tidak membutuhkan waktu lama mereka mengumpulkan kertas jawaban mereka. Butuh waktu 5 menit.

Ibu Guru itu puas melihat jawaban anak didiknya. Dia merasa berhasil memberikan pendidikan yang berkualitas pada siswa-siswanya. Tapi ada satu kertas jawaban yang membuat tensi Ibu Guru ini naik. Lalu dia memanggil pemilik kertas kosong, putih, bersih tanpa jawaban ini.

Si anak merasa tidak bersalah langsung maju.

"Ya Bu..." jawabnya

"Kenapa kertasmu kosong?"

"Saya tidak bisa menyebutkan keajaiban itu Bu, terlalu banyak..." jawabnya polos

"Mata untuk kita melihat betapa indah dan sekaligus kejam dunia ini."
"Telinga untuk mendengarkan pelajaran Ibu."
"Hidung yang bisa mencium wanginya masakan mama di rumah."
"Papa mama yang selalu ada saat saya mau."
"Jantung yang selalu berdenyut tanpa disuruh."
"Masih banyak Bu..."
"Menurut saya itu adalah Keajaiban Dunia Bu..., bukan yang Ibu ajarkan kemarin..."


Lalu Ibu Guru cantik itu diam, dia tertunduk.
Seisi kelas juga terdiam, ikutan Ibu Guru yang juga diam.

Rupanya Bu Guru cantik ini baru belajar dari siswanya yang masih kelas 4 SD.


Anda mau belajar nggak...???