Senin, 16 Februari 2009

Paku pada Pagar Rumah Anda

Bacalah dengan teliti, semoga bermanfaat:
[Kesamaan nama yang ada pada narasi ini hanyalah kebetulan.]

1. Rahardian adalah seorang anak dengan watak yang sangat buruk. Ayahnya, Pak Rafi memberikannya sekantung paku dan menyuruhnya memakukan satu batang paku pada pagar depan rumah bila Rahardian kehilangan kesabarannya dan melampiaskan kemarahan itu pada orang lain.

2. Hari pertama Rahardian berhasil memakukan 30 paku di pagar depan rumah. Hari kedua 50 paku dan hari ketiga 65 paku.

3. Hari-hari berikutnya dia berusaha untuk tidak memakukan sisa paku yang ada di dalam kantung. Dia berusaha menahan diri. Untuk tidak marah dan melampiaskan kemarahannya pada orang lain.

4. Satu minggu kemudian, Rahardian datang pada Pak Rafi. Dia bercerita pada ayahnya bahwa sudah 145 paku yang telah dia pakukan di pagar depan rumah. Pak Rafi tersenyum melihat anaknya, dimana Pak Rafi menaruh harapan besar pada Rahardian.

5. Pak Rafi mengajak Rahardian untuk melihat pagar yang telah dipaku itu. Buru-buru Rahardian membuka kantung berisi sisa paku. “Pa, masih banyak sisa paku di kantung. Rahardian berusaha menahan diri untuk tidak marah-marah.” Pak Rafi tersenyum sangat manis tanda dia sangat menyayangi anaknya.

6. Setibanya di pagar depan rumah, sekali lagi Pak Rafi tersenyum sambil melihat ke arah anak kabanggannya itu. “Nak, cabutlah paku-paku yang telah kau tancapkan ini setiap kali kau berbuat baik pada orang yang telah kau caci maki.” Pak Rafi memeluk anaknya yang terlihat kebingungan mendengar instruksi sang ayah.

7. Butuh waktu 2 hari saja Rahardian mencabut paku-paku itu yang tentu saja mengikuti instruksi sang ayah. Hari-hari berikutnya, Rahardian terlihat lebih bijak, lebih dewasa dan terlihat lebih helpfully dari sebelumnya. Tentu saja ini bukan hal mudah dalam me-manage hati dan pikiran.

8. Satu minggu kemudian, Rahardian datang lagi ke Pak Rafi. Dia mengajak sang ayah untuk melihat pagar, tak satupun paku itu tersisa. “Pa, semua paku sudah kutebus dengan berbuat baik pada orang-orang yang telah mendapatkan kemarahanku.”

9. “Wow...ternyata anak Papa sudah bisa mengendalikan hati dan pikiran untuk tidak mudah marah.” Rahardian merasa seperti telah memenangkan sebuah sayembara. Rasa bangga, bahagia dan yang pasti merasa jauh lebih baik dibandingkan 2 minggu lalu.

10. Di sela-sela kebanggaan yang dirasakan oleh Rahardian, Pak Rafi menepuk pundak generasi penerusnya itu. Dia mengajak Rahardian untuk melihat lebih dekat pagar-pagar itu. “Coba lihat anakku...berapa banyak lubang yang telah kau ciptakan di permukaan kayu pagar ini? Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Bila kau marah-marah, hal itu meninggalkan luka di hati orang yang kau marahi seperti pada pagar ini.”

11. “Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf dan menyesal, lukanya akan tinggal dan berbekas.”


Mungkin hal di atas adalah hal biasa. Bahkan beberapa orang malah menerapkan management marah di lingkungannya untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Satu hal yang saya percaya, bahwa orang yang dimarahi tidak akan dapat berpikir jernih saat itu. Yang ada di pikirannya adalah bagaimana caranya untuk meng-counter attack dari hal yang dimarahkan padanya. Tidak ada masterpiece yang dapat tercipta. Tidak ada jalan keluar terbaik kecuali temporary way out bukan long term way out.

Terima kasih atas pelajaran hari ini. Semoga hari-hari kita dapat lebih bermanfaat bagi kehidupan & lingkungan. Semoga hal ini bisa menjadi salah satu jalan pengabdian diri kepada-Nya.

Jumat, 13 Februari 2009

Timbang Scrap

Beberapa waktu lalu saya mendapat giliran piket untuk timbang scrap material (limbah potongan material) di pabrik. Bukannya keberatan, tapi ribetnya itu lo...

Setelah set up timbangan dan lay out-nya, penimbangan pun dimulai.

Ada kurang lebih 5 pekerja yang dibawa oleh pembeli. Saya hanya melihat angka yang ada di timbangan.

Beberapa kali penimbangan, kasihan juga melihat kerja keras mereka. Padahal scrap itu gatel kalo kontak langsung dengan kulit, apalagi sedang berkeringat.









Ya Alloh, Alhamdulillah Engkau memberi hamba pekerjaan tidak seberat mereka.

Akhirnya acara penimbangan scrap pun selesai. Menyisakan beberapa serutan material yang terlewat dari sapu lidi yang digunakan untuk menyapi lantai. Minyak pun masih berceceran meski nggak banyak.

Sebelum pulang, masih sempat saya lihat mereka bergelantungan di atas truk yang mengangkut scrap.

Senin, 02 Februari 2009

Going Home

When I see these pictures, my chest trembling. Too long I spend time far away from them. Me, who must be followed their growth, still stay very far.

Ketika aku melihat-lihat foto ini, dadaku bergetar. Terlalu lama aku jauh dengan mereka. Aku, yang seharusnya mengikuti pertumbuhan mereka, ada jauuuuuhhhhh sekali.

Nothing near. Eyes, heart, think, whatever. All have been away. Far away. My head too much think about wealth. Wealth that never ever subside event had dug.

Tak ada yang dekat. Mata, hati, pikiran, atau apapun. Semua jauuuuhhhh. Jauuuuuhhhh sekali. Kepalaku terlalu dipenuhi hal-hal materi. Materi yang nggak pernah surut meski terus digali.

I wanna explain that I’m alone here
I wanna show to everyone that I wanna going home...

Ingin diriku jelaskan bahwa diriku hanyalah sendiri di sini
Ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada bahwa diriku ingin pulang....

Event I entertain my self, can’t shift for heart trembing. My emotion not stabler
Not stronger, instead brittler...

Meski sambil nonton TV, bergetarnya hati tak tergantikan. Emosiku semakin nggak stabil. Bukannya tambah tegar, malah semakin rapuh...

Sorry brothers, I still away from you

Maafkan aku saudaraku, aku masih sangat jauh dari kalian.






















Sri, my brother’s (Wibisono) wife – in Gresik
















My brother’s room – in Gresik



















My no. 2 brother, his name is Wibisono – in Gresik








This is my youngest brother, his name is Setiawan – in Kalisat






This is me, hadiawan, stayed (for a moment) in Wibisono’s room – Gresik just a moment.


I will miss you East...

Efek dari Jalan-jalan ke Lampung

Alhamdulillah....
Puji syukur Ya Alloh....

Saat lebaran 2008 lalu, saya memang nggak pulang ke Jember. Meski sedikit sedih karena nggak ngendangi kampung halaman, tapi kok ada hikmahnya ya...

Baru 1 kali saya trip ke Lampung, ke Pringsewu tepatnya.
Di sana saya di jamu dengan sangat baik (Thank You very much untuk keluarga Bapak Suhudi)

Tidak ada hal yang sangat istimewa kecuali jamuan yang sangat baik itu.
Sekembali ke Cikarang, rasanya liburan itu kurang lama.
Buka-buka situs tentang Lampung, Bandar Lampung, Pringsewu, dll...
Sampai akhirnya saya ikut membernya Pringsewu Community

Wow...responnya very-very good
Mungkin temen-temen di Pringsewu Community mengira saya orang Pringsewu...
Alhamdulillah....
Terima kasih temen-temen di Pringsewu Community...
Jadi nambah temen, nambah sodara, berarti nambah pengalaman hidup saya dan yang pasti saya akan nambah pelajaran...

Thanks to Mas Azimutyo, Mas Faizin, Mas Rury, Mas Kahfi, Mbak Ria Afriani, Mas Suwaruno, Mas Mukhtar, Mas Sjaiful Rohman, Mas Arman Mashduqi, dan yang lain yang nggak kesebut...