Saat mentari masih belum terlahir untuk menerangi bumi hari itu
Bahkan serangga malam pun masih setia berlantun syahdu
Menyairkan kidung-kidung indah di hulu shubuh
Dan engkau tak mengetahui itu
Aku melihatmu dari balik kelambu
Melihatmu dengan kebanggan pengembanmu
Kau masih mengatpkan kelopak matamu
Tenang...
Lalu pengasuh abadimu meraih tubuhmu yang legam itu
Kau tidak menangis
Seperti tak mau menyusahkan pengasuh abadimu dengan tagisanmu
Dia berikan yang kamu mau dengan kasih sayangnya yang abadi pula
Lama aku mengintipmu dari balik kelambu
Dadaku sedikit berdetak melihatmu
Semakin memacu berkejaran dengan waktu
Meski dari balik kelambu
Dan engkau masih tak mengetahuinya
Entah apa yang di diriku
Aku semakin ingin melihatmu
Semakin terjerat pada keinginan untuk menyentuhmu
Tanpa kelambu
Pengembanmu meraihku
Untuk melihatmu lebih dekat
Tiba-tiba aku sudah ada di dekatmu
Dekat sekali
Benar-benar tanpa kelambu
Kau teruskan mimpimu
Lelap dalam kasih
Tak kau hiraukan aku yang meluruhkan sejarah keangkuhanku di depanmu
Tepat di depanmu
Kau hitam
Kecil
Banyak tingkah
Begitu kalbuku membatinmu
Kusentuh tubuhmu yang hangat
Tak menggeliat
Apalagi ingin melihat
Kusayang kamu
Kuciumi kamu
Dalam hati aku seperti tenggelam
Betapa engkau tak tahu siapa yang memelukmu
Engkau tersenyum meski tak melihatku
Aku tersenyum melihatmu
Kenapa aku begini
Akupun tak tahu jawabnya
Kau seperti bagian dariku
Meski aku bukan pengembanmu
Bukan pula penanggung pengasuh abadimu
(ditulis 12 Oktober 2003)
Abdul Hakim Afrizal, dia seorang lelaki kecil, hitam legam saat bayi, tapi sekarang sudah nggak sehitam dulu. Terlahir di Wonosobo, 11 September 2003.
Ada 1 lagi buat dia.
Saat Kau Terlahir dan Memulai Syukur Kami
Sayang, sayang
Kau selalu menangis saat kau punyai keinginan
Tersenyumlah
Bapak inginkan itu
Sayang, sayang
Kau tersenyum seakan menyambut
Berbahagialah
Ibu do'akan itu untukmu
Airmata bahagia menitik di sudut mata
Sebuah kehidupan baru dimulai
Di sampingmu kami selalu mendampingi
Di bahumu seluruh harapan akan tergantikan
Kasihi sesama
Sayangi saudara
Sayang, sayang
Tidurlah tidur
Hari mulai senja
Akankah kau nikmati indahnya senja bersama bapak dan ibumu
Saat kumandang persembahan kepada Sang Maha Kuasa
Kau mulai terlelap
Dalam wajah mungilmu
Dalam kasih dan damai
(ditulis 08 Februari 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nek ngomong sing gena lo yo...