Rabu, 16 Januari 2008

Abdul Hakim Afrizal


Aku datang bersama pengembanmu
Saat mentari masih belum terlahir untuk menerangi bumi hari itu
Bahkan serangga malam pun masih setia berlantun syahdu
Menyairkan kidung-kidung indah di hulu shubuh

Dan engkau tak mengetahui itu

Aku melihatmu dari balik kelambu
Melihatmu dengan kebanggan pengembanmu
Kau masih mengatpkan kelopak matamu
Tenang...

Lalu pengasuh abadimu meraih tubuhmu yang legam itu
Kau tidak menangis
Seperti tak mau menyusahkan pengasuh abadimu dengan tagisanmu
Dia berikan yang kamu mau dengan kasih sayangnya yang abadi pula

Lama aku mengintipmu dari balik kelambu
Dadaku sedikit berdetak melihatmu
Semakin memacu berkejaran dengan waktu
Meski dari balik kelambu

Dan engkau masih tak mengetahuinya

Entah apa yang di diriku
Aku semakin ingin melihatmu
Semakin terjerat pada keinginan untuk menyentuhmu
Tanpa kelambu

Pengembanmu meraihku
Untuk melihatmu lebih dekat
Tiba-tiba aku sudah ada di dekatmu
Dekat sekali
Benar-benar tanpa kelambu

Kau teruskan mimpimu
Lelap dalam kasih
Tak kau hiraukan aku yang meluruhkan sejarah keangkuhanku di depanmu
Tepat di depanmu

Kau hitam
Kecil
Banyak tingkah
Begitu kalbuku membatinmu

Kusentuh tubuhmu yang hangat
Tak menggeliat
Apalagi ingin melihat

Kusayang kamu
Kuciumi kamu
Dalam hati aku seperti tenggelam

Betapa engkau tak tahu siapa yang memelukmu
Engkau tersenyum meski tak melihatku
Aku tersenyum melihatmu

Kenapa aku begini
Akupun tak tahu jawabnya
Kau seperti bagian dariku
Meski aku bukan pengembanmu
Bukan pula penanggung pengasuh abadimu
(ditulis 12 Oktober 2003)


Abdul Hakim Afrizal, dia seorang lelaki kecil, hitam legam saat bayi, tapi sekarang sudah nggak sehitam dulu. Terlahir di Wonosobo, 11 September 2003.




Ada 1 lagi buat dia.


Saat Kau Terlahir dan Memulai Syukur Kami

Sayang, sayang
Kau selalu menangis saat kau punyai keinginan
Tersenyumlah
Bapak inginkan itu

Sayang, sayang
Kau tersenyum seakan menyambut
Berbahagialah
Ibu do'akan itu untukmu

Airmata bahagia menitik di sudut mata
Sebuah kehidupan baru dimulai

Di sampingmu kami selalu mendampingi
Di bahumu seluruh harapan akan tergantikan

Kasihi sesama
Sayangi saudara

Sayang, sayang
Tidurlah tidur
Hari mulai senja
Akankah kau nikmati indahnya senja bersama bapak dan ibumu

Saat kumandang persembahan kepada Sang Maha Kuasa
Kau mulai terlelap
Dalam wajah mungilmu
Dalam kasih dan damai
(ditulis 08 Februari 2004)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nek ngomong sing gena lo yo...