Minggu, 21 Februari 2010

Sahabat

Yang terjadi 6 tahun lalu benar-benar membuat trauma besar dalam hidup saya. Tanpa bermaksud untuk membuka luka, atau menyinggung hal yang mungkin tidak penting bagi sebagian orang yang bahkan adalah hal penting dalam hidup saya, atau hendak menghakimi orang lain kecuali diri saya sendiri.

Bersahabat adalah kebutuhan kejiwaan saya. Dimana saya butuh untuk saling membagi senang dan berbagi masalah. Bukan untuk memindahkan masalah, tapi untuk saling bertukar isi kepala. Saya memang butuh bersahabat.

Selepas trip dari Malaysia, saya merasa dekat dengan seorang teman, yang sebenarnya sudah saya kenal lebih dari 2 tahun. Tapi saya merasa sangat dekat tanpa niat untuk dekat saat kami berada di Malaysia, dan rasa itu terbawa hingga kami kembali ke Jakarta.

Di satu sisi saya merasa senang mendapatkan kembali seorang sahabat. Tapi di sisi lain saya merasa ketakutan. Ketakutan yang sangat luar biasa sehingga cukup membuat ketidakkonsentrasian dalam pekerjaan saya.

Saya ingin melihat ke dalam diri saya. Menengok kembali yang terjadi 6 tahun lalu.
Mungkin saya sedikit posesif terhadap sahabat saya. Tapi bila dicoba untuk dipikirkan lebih lanjut, apa yang saya lakukan bukan hal yang berlebihan. Saya hanya menginginkan sahabat saya dapat mandiri yang sebenar-benarnya mandiri, bukan menghindari.

Ya Rob, terima kasih atas rasa yang Kau tanamkan jauh di dalam hati kecil saya. Mohon dibimbing agar rasa ini tidak hanya mendosakan, tidak menyakitkan.
Rasa ini bukan untuk saling memiliki, tapi untuk saling berbagi.

Harus saya sadari bahwa saya bukanlah sesuatu yang mengubah hidup mereka. Bukan juga sesuatu yang berarti dalam perjalanan mereka. Namun keberadaan mereka adalah hal penting dalam hidup saya. Kehadiran mereka sangat berarti dalam perjalanan saya.

Ya Rob. Mengapa kau berikan pada saya rasa cinta yang sangat luar biasa terhadap persahabatan dan sahabat saya. Saya takut hal itu salah arti dipahami oleh sahabat saya. Yang mengakibatkan pada runtuhnya persahabatan saya. Sama persis dengan yang telah terjadi 6 tahun lalu.

Ya Rob. Pelihara rasa ini diantara kami, ranumkan di dalam hati kami, tanpa salah arti. Beranikan hati saya untuk dapat melaksanakan sebuah amanat untuk dapat selalu bersilaturahmi, dengan sahabat-sahabat saya.

Ya Rob, saya ingin punya sahabat lagi.

6 komentar:

  1. wah, andri.... mmengagumi siapa tuuhhh..
    Kira2 siapa yaaaaa..... ayo jawab.... hehehe ;)

    BalasHapus
  2. sekarang sahabatnya andri udah ga kerja disini lagi deh.... satu persatu udah pergi ya ndri...tapi masih ada sisa sisa sahabat nih, yg ada disini....

    Nanti kayanya ada yg menyusul ndri....

    :)

    BalasHapus
  3. iya tuh bu...saya banyak belajar dari dia...tapi kenapa sebelumnya kita banyak tengkar, e..sekarang malah kangen...pengen tengkar lagi kayak dulu...hahaha

    BalasHapus
  4. hmmmm,,,aku ingin share juga boleh gak?
    aku baru tau ini namanya posesif,,ketika memang aku bersikap berlebihan terhadap seorang sahabat
    menjadikan kehendakku harus menjadi kehendaknya,,
    aku teramat sangat mencintainya,,
    terkadang berpikir kok bisa aku mencintai sahabat seperti ini
    aku kadang juga berpikir apa aku tidak normal? ato lesbi,,
    tapi tidak,,rasa cintaku pada lawan jenis lebih besar dari ini
    memang betul sekali,,aku juga takut sahabatku salah tanggap.
    oia,efek ke posesifanku membuat kata bahagia itu terasa jauh..
    aku juga mengekangnya
    tapi rasa ini sulit untuk dibatasi,,sulit untuk dikekang,,
    ingin memperbaiki diri
    tapi tiap bertemu dengan dia(yang memang satu tempat kerja)rasa sayang itu begitu besar!!!
    aaaargh,,ingin teriak,,sedih!!!

    BalasHapus
  5. Sahabat ya... hm... Sahabat...

    sibocahlaliomah.blogspot.com

    BalasHapus

Nek ngomong sing gena lo yo...