Rabu, 29 Oktober 2008

Demo untuk Rakyat atau Karnaval untuk Pamer

Mahasiswa Jember yang tergabung dalam PMII berdemo (karnaval) di depan Gedung DPRD Jember.

Pas saya on di radio ElshintaFM Jakarta, ternyata ada berita dari kampungku tercinta, Jember. Mahasiswa yang tergabung dalam PMII (entah singkatan dari apa) sedang berdemonstrasi dengan berjalan mundur untuk memperingati hari Sumpah Pemuda.

He...mas-mas dan mbak-mbak mahasiswa, kalian itu demo apa karnaval? Apa subsatnsi demo kalian kalo hanya beradegan kayak gitu? Agak kreatif dikit dong...!!! Buat langkah nyata dan bermanfaat buat rakyat yang kalian suarakan. Jangan cuman karnaval pake’ jalan mundur, di hari Sumpah Pemuda lagi. Dengan cara kalian ini, itu artinya kalian menodai perjuangan para pemuda yang tahu 1928 berjuang untuk maju, eh...kalian malah mundur.

Kalo kalian melihat semakin hari Indonesia semakin mundur, itu adalah tantangan untuk kita semua, termasuk kalian generasi muda. Boleh berkesenian, boleh main teater, tapi saat ini masyarakat Jember maupun Indonesia secara keseluruhan, butuh pemikiran kalian, butuh langkah nyata kalian, kerja yang nyata, bukan cuman tawuran, cekaka’an, diskusi nggak selesai-selesai tanpa hasil, orasi terus merangkai kata yang gak mutu.

Demo memperingati Sumpah Pemuda dengan berjalan mundur cuman menghabiskan dana. Dari mana dana kalian...? dari iuran, minta sama orang tua atau hasil kerja sendiri, atau dari manapun, coba dengan dana itu kalian belikan minyak tanah atau gas, belikan sembako, buat santunan anak putus sekolah, lalu buka posko di depan kantor DPRD, undang anggota dewan itu untuk nonton aja gak perlu terlibat, itu lebih punya arti. Kalian generasi yang punya pendidikan tinggi...jangan kayak orang nggak berpendidikan kurang kerjaan dengan berjalan mundur.

Jangan pernah bawa bangsa ini mundur, mimpi kalian terlalu rendah, cita-cita kalian bukan untuk masa depan tapi hanya untuk meminta dan menuntut tanpa ada langkah nyata.

11 Oktober 2008 lalu saya nonton berita di TVOne, ada satu warga Jember namanya Pak Mahmud (Kecamatan Arjasa) yang protes, warga Arjasa itu demo dengan menghentikan pengerjaan jalan akses ke kampung mereka karena pemasangannya tidak sesuai dengan standar pembuatan jalan (bestek). Saya salut buat Pak Mahmud, mestinya para mahasiswa yang pinter itu lebih sering nonton berita dan belajar dari orang seperti Pak Mahmud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nek ngomong sing gena lo yo...